Mereka Berjatuhan Dari Dakwah?

Oleh; Ibn Maqshudy


Terjerembab dari jalan dakwah? Ter-eliminasi dari sebuah profesi akhirat yang sangat mulya? Sudah bukan hal yang tidak mungkin lagi, bahkan banyak se-kali terjadi. Hal ini karena sang pelaku tidak mau mengi-kuti rute yang sudah jelas di lewati oleh para pendahu-lunya, mulai dari Rasulullah saw., sahabatnya, serta ge-nerasi-generasi terbaik setelahnya; atau barangkali ka-rena belum memahami jelan yang di tempuhnya hingga mudah tergelincir jatuh tanpa bangun lagi.

Di antara yang menjadi banyak penyebabnya adalah:

1. Tidak tahan derita di jalan dakwah.

Di sana terdapat orang yang memilih jalan dakwah akan tetapi sayangnya tidak pernah di camkan dalam otaknya dengan sebuah sebuah keniscyaan yang akan di hadapinya, sebagaimana tersebut dalam sebuah fir-man Allah:

أحسب الناس ان يتركوا أن يقولوا ءامنا وهم لا يفتنون

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka di-biarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", se-dang mereka tidak diuji lagi?"

ولقد فتنا الذين من قبلهم فليعلمن الله الذين صدقوا وليعلمن الكاذبين

“ Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.”

Cobaan di jalan dakwah itu sudah merupakan sunnah illahiyyah sejah dulu-dulu yang namanya “dak-wah”pertama kali ada, seperti yang sudah di ketahui oleh orang-orang yang beriman kepada Tuhanya dan mempercayai segala ketentuan-ketentuannya di-kehidupan ini.

Karena itulah, hendaknya bagi siapa saja yang yang memilih jalan ini, maka hendaknya selalu mem-persiapkan dirinya untuk menahan segala macam rin-tangan, ujian, terror-teror yang menakutkan, dan dan bahkan bukan hanya hartanya yang harus di kobankan, bahkan lebih dari itu harus bersiap untuk memberikan jiwa dan raganya untuk kehidupan dakwah kepada islam yang haq.

فيه المصائب والمكاره جمة # لكنه ماليس منه بديل

Sesunggguhnya jalan dakwah bukan merupakan sebuah jalan yang enak di lalui, akan tetapi terdapat ba-nyak kubangan-kubangan berlumpur, duri-duri tajam, rintangan-rintangan sulit. Seperti apa yang telah di jalani oleh sebaik-baik manusia (Nabi Muhammad saw.) ba-gaimana beliau telah berkecimpung di dalam puluhan beberangan untuk meningikan kalimat Allah, dan tidak jarang beliau terluka di dalam perjuanganya itu, menga-lirkan darah dari tubuhnya, dan ia tetap bersabar ber-juang di dalam Allah, para sahabatnya juga tidak ke-tinggalan berjuang meninggikan kalimat Allah dengan penuh keihlasan dan pengorbanan apapun juga ter-masuk dengan jiwa mereka.

Firman Allah swt:

“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mere-ka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah ter-hadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Al-lah).”

Sejarah islam berisi banyak sekali orang yang mengorbankan dirinya di jalan Allah karena ingin men-jaga agama Allah, di sini akan saya sebutkan bebera kisah dari para pemberani itu, dari para pembawa ben-dera dakwah itu supaya kita dapat mengambil pelajaran dari mereka dan mengikuti jejak rekam perjalanan me-reka untuk kita jadikan panduan dalam melangkahkan kaki di dunia dakwah.


من الناس رجال صدقوا ما عهدوا الله عليه فمنهم من قضى ومنهم من ينتظر وما بدلوا تبديلا


2. Goncang ketika mendapatkan ujian dan cobaan-cobaan.

Allah swt. telah mmberikan sebuah kenikmatan ter-besar pada manusia, yaitu agama ini sebagai rahmat untuk untuk alam semesta. Sejarah mencatat bahwa sebuah peradaba menjadi maju karena kematangan dalam menjalani ujian kehidupan. Seorang yang mengaku beriman berrarti bersiap untuk menghadapi segala ujian untuk mengasah keimanannya, dan terlebih lagi ketika dakwah sudah di ambil sebagai jalan kehidupannya maka harus bersiap untuk menahan segala ujian dan cobaan yang menghadangnya.

Bagi mereka yang memandang ke-depan, segala ujian dan tantangan hanya akan di jadikan dan di-anggap sebagai angin yang baik bagi laju perahu layarnya untuk menyampaikannya dengan cepat pada dermaga yang sedang di tujunya.

3. Tidak mau berkorban di-dalam memperjuangkan agamanya.

Boleh di bilang lucu apabila seorang memilih ja-lan ini dalam hidupnya; lalu setelah itu segan untuk dan tidak mau berkorban demi kepentingan dakwah yang di jalani. Padahal antara dakwah dan pengorbanan meru-pakan dua hal yang tidak dapat di pisahkan; mulai dari korban waktu, tenaga, pikiran, harta, dan sampai men-gorbankan nyawa sekalipun demi kesuksesan dakwah-nya.

Kita bisa melihat bagaimana Rasulullah saw mendakwahkan risalah dari Rabb-nya dengan penuh kesungguhan dan pengorbanan yang sangat besar, lalu kita bisa melihat bagaimana para shabat generasi per-tama islam berjuang meninggikan panji islam di permu-kaan bumi dari mulai dalam keadaaaan minoritas idak di pandang sebelah matapun sampai menjelma menjadi kekuatan nyata di hadapan musuh-musuhnya, kemu-dian kita juga bisa menyaksikan bagaimana pengorba-nan generasi tabi’in demi menegakkan kalimat Allah di bumi, kemudian setelah dan setelahnya sampai hari kita sekarang ini. Sungguh tiada kesuksesan tanpa pengor-banan.

Bagi manusia-manusia yang masih menjadikan dunia sebagai orentasi kehidupannya maka bukan di jalan ini tempatnya, karena dakwah bukan kerja untuk mengumpulkan harta dunia; akan tetapi usaha me-nyampaikan kepada manusia pada kalimat-kalimat ke-benaran gama pilihan supaya mereka mendengar dan mentaatinya. Dakwah adalah memberi tanpa mengha-rapkan imbalan, kecuali imbalan dari sang maha mem-beri yaitu Allah swt., sebab itu pengorbanan tidak bisa terpisahkan dari profesi akhirat yang sangat mulya ini. Seorang Dai memang mengharapkan imbalan dari pe-kerjaan yang telah di pilihnya, yaitu imbalan keredhaan dari Rabb-nya.



4. Malu dari manusia (malu menyampaikan kebe-naran).

Malu kepada manusia untuk menyampaikan ke-benaran?! Kenapa harus malu untuk melakukannya, meletakkan malu di sini bukan pada tempatnya, malah ketika seorang dai merasa malu untuk menyampaikan sebuah kebenaran, maka hasil seperti apa yang kemu-dian akan di dapatkannya; kecuali hanya sebuah kega-galan. Mereka para penyeru kebatilan tidak segan dan tidak malu berkoar-koar endakwahkan kebatilan mereka menyesatkan manusia, lalu kenapa kita harus malu?!! Sedangkan yang sampaikan adalah kebenaran sesung-guhnya yang akan membuat manusia bahagia dunia akhirat.

5. Terlalu ingin cepat-cepat serta tergesa-gesa un-tuk mendapatkan kemenangan/sampai tujuan.

Nabi kita dulu-dulu sudah mewanti-wanti kita untuk membuat sifat satu ini, terlebih bagi seorang da’i, seo-rang penyeru risalah kebenaran islam, dalam sabdanya”

العجل من الشيطان

“tergesa-gesa itu asalnya dari syaitan”

Akibatnya adalah, ketika merasa seruannya tidak banyak dan bahkan tidak ada peminatnya, atau merasa terlalu lambat hasilnya kemudian menjadikan semangat yang awalnya membara perlahan menciut dan parahnya bisa padam sama sekali.

Lakukanlah dengan

6. Tidak mau bertahap dan tidak bisa bersabar un-tuk mencapai tujuan.

Merupakan kesalahan besar ketika seorang Dai tidak mau bertahap menyampaikan Islam kepada orang-orang yang di serunya. Karena betapa tahapan-tahapan dalam dakwah itu sangat penting sekali; sebab begitulah yang telah di lakukan oleh Rasulullah saw dahulu ketika menyampaikan risalah islam dari Rabb-nya. Kita tidak bisa menumpahkan sekaligus apa yang hendak kita seru-kan; karena kibatnya kalau kita lakukan adalah mereka-mnereka malah akan lari menjauh dari kita. Dah hasil akhirnya adalah kegagalan seorang dai dalam usahanya.

Ibarat sebuah botol yang hanya memiliki lubang kecil untuk memasukkan air kedalamnya, maka untuk mengisinya tidak mungkin langsung kita tumpahkan se-kaligus air dari dalam ember; akan tetapi sedikit demi sedikit hingga akhirnya penuh.


7. Menggunakan kalimat yang melukai perasaan atau hati pendengarnya.

Meskipun itu kebenaran yang kita sampaikan, akan tetapi kita tidak bisa ampaikannya dengan cara seenaknya saja; karena bila itu terjadi akibatnya di bela-kangnya adalah segala kebenaran yang kita sampaikan hanya akan di tolak saja. Banyak sekali Dai yang gagal dalam dakwahnya karena satu hal saja: yaitu kalimatnya terlalu melukai pendengar atau objek dakwahnya.


Itulah beberapa hal di atas yang membuat para Dai berjatuhan dari jalan dakwah, yang membuat sebuah cita-cita luhur untuk meninggikan kalimat Allah tidak dapat di lakukan olehnya, yang membuat ia tidak menja-di seorang dari sobjek kebangkitan risalah Allah yang sukses. Itulah akibat dari tidak memahami dakwah islam secara sempurna, tidak memahami sifatnya yang sudah pasti ada, tidak memahami segala konsekwensi menjadi seorang Dai, dan tidak memahami jalan dan metode se-perti apa yang di pakai oleh para Utusan Allah dan gene-rasi-generasi awal terbaik ummat islam.

Beda ketika kita telah menggunakan cara sebaik mungkin untuk menyampaikan kebenaran kepada manu-sia akan tetapi masih juga tidak mendapatkan sambutan yang menggembirakan, masih belum mendapatkan ja-waban penerimaan mereka; maka seorang Dai yang ikhlas karena Allah tidak akan mengambil pusing dan tidak akan berputus asa mengalaminya, bahkan akan makin melecut semangatnya menyeru dan menyerukan ke-benaran yang ia ketahui. Karena ia tahu berdakwah hasil segala seruannya Allah-lah yang mengaturnya, sedang-kan ia hanya di jadikan Allah sebagai perantara saja un-tuk menunjukki manusia, kewajibannya hanya menyam-paikannya saja, sedangkan istijabah manusia Allah yang mengaturnya. Nabi Nuh –‘alaihissalaam- akan senantiasa di ingatnya, bagaimana beliau Berdakwah di antara kaumnya selama 950 tahun dan tidak mendapatkan pen-gikut melainkan hanya sedikit saja, tapi siang dan malam tidak pernah berputus asa terus saja menyampaikan risa-lah kebenaran untuk manusia karena beliau-‘alaihissalaam-sadar bahwasannya semua itu adalah Allah swt yang mengaturnya.

Saudaraku…
Ketika keikhlasan sudah menjadi ciri utama seo-rang Dai, maka tiada lagi sesuatu yang terasa berat di pundaknya, sebab ia tahu bagi orang yang mengambil jalan hidup seperti dirinya pintu syurga akan selalu ter-bentang merindukan dan menyambutnya, keredhaan Al-lah akan selalu mengiringi setiap perjalanannya yang di gunakan untuk meninggikan kalimatnya di bumi milik-nya.

Wallahu a'lam...

0 komentar: