Jalan Dakwah

Oleh: Ibn Maqshudy

(Muqaddimah Buku Risalah Dakwah : Muhafidz El Faqih)

Segala pujian hanya milik Allah swt., kita memberikan pujian, meminta pertolongan serta ampunan hanya-lah kepadanya. Kemudian kita berlindung kepadanya dari segala keburukan yang bersumber perbuatan diri dan nafsu kita, sungguh barang siapa yang Allah swt beri petunjuk maka sekali-kali tidak akan ada yang bisa menyesatkannya, sebaliknya barang siapa yang di-sesatkan oleh Allah swt. maka sekali-kali tiada akan ada seorang-pun yang dapat menunjukinya. Saya bersaksi bahwasannya tiada Dzat yang berhak di sembah dengan benar kecuali Allah, Rabb yang maha satu dengan segala kehendaknya, tiada yang dapat di setarakan dengannya; karena dia adalah sang Pencipta yang maha sempurna dengan segala kesempurnaan yang di-milikinya, saya juga bersaksi bahwasannya Muhammad saw adalah seorang hamba yang telah di-pilihnya utuk menjadi seorang Rasul akhir zaman menyampaikan segala risalah kebenaran islam sebagai rahmat untuk dunia seluruhnya.

Allah swt. berfirman :

يا ايها الناس اتقوا ربكم الذى خلقكم من نفس واحدة وخلق فيها زوجها وبث منهما رجالا كثيرا و نساء واتقوا الله الذى تساءلون به و الأرحام ان الله كان عليكم رقيبا


“Hai sekalian manusia bertaqwalah kalian kepada tuhan kalian yang telah menciptakan kalian dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan istrinya; dan dari pada keduanya (kemudian) Allah mengembang-biakannya menjadi banyak laki-laki dan perempuan. Bertaqwalah kalian kepada Allah yang dengan (mempergunakan) namanya kalian saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kalian.”


Lalu firman Allah swt.juga:

يا ايها الذين آمنوا اتقوا الله وقولوا قولا سديدا() يصلح لكم أعمالكم و يغفرلكم ذنوبكم و من يطع الله و رسوله فقد فاز فوزا عظيما () .

“hai orang-orang yang beriman bertaqwalan kalian kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah akan memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barang siapa yang mentaati Allah dan Rasulnya maka sungguh ia telah mendapat kememangan yang besar.”


Waba’du…
Saudaraku…
Sebuah jalan panjang dan melelahkan, di-penuhi dengan taburan duri tajam, di-kelilingi banyak macam derita dan cobaan yang menantang, di-hadapkan pada banyaknya ancaman dan terjangan badai permusuhan serta kebencian yang menghalang dari kaum Kuffar, Musyrik, Munafik dan Pendengki islam serta sebagian oknum dari putra islam sendiri yang sedang mengalami krisis ke-imanan dan mengalami krisis identitas keislaman di dalam dirinya; mereka dengan menggunakan banyak sokongan, mulai dari dana yang melimpah dan sarana-sarana modern yang di perbantukan untuk mereka dalam usaha menyerukan & menyebarkan segala bentuk peragu-raguan terhadap Ummat dalam banyak ragamnya, hanya dengan satu tujuan utama yaitu demi untuk menghancurkan kesatuan Ummat Islam dan menyeretnya untuk ikut bersama mereka berkubang dalam kehinaan hidup yang jauh dari fitrah kemanusiaan lurus dan akal yang sehat. Membuat makar sebanyak mungkin di mana-pun mereka hidup dan berpijak, karena mereka adalah para pembantu Iblis di-dunia untuk menyesatkan dan menjauhkan manusia dari kebenaran hakiki, yaitu islam.

Tapi yang pastinya tentang perjalanan yang panjang, berat, dan melelahkan ini; adalah sebuah perjalanan kehidupan yang memiliki prospek masa depan sangat menjanjikan, terutama masa depan di Darul akhirat. Akhir perjalanan yang meskipun jauh, berat, dan berliku; akan akan tetapi pada akhirnya akan menyampaikan sang Musafir pada tujuan perjalanan sebenarnya yang dari awal sudah di cita-citakan, yaitu kemulyaan dari Allah swt di Dunia atau redhanya di Akhirat dengan nikmat Syurga yang di janjikan-nya. Seperti halnya sebuah cita-cita yang ber-sinar terang seperti matahari siang dan memancar seperti cahaya fajar untuk memberikan warna indah dan terang kehidupan dengan cahaya petunjuk dari sang Pencipta, laksana air kehidupan untuk menyiram segala kelayuan dunia dari kemaraunya yang panjang; itulah jalan ini . Hanya dua hal yang di harapkan oleh para pemilihnya tanpa ada yang ketiganya lagi, yaitu: “Hidup mulya di dunia atau mati syahid.” Mereka memilihnya karena tahu dengan yakin bahwa untuk kebahagiaan hakiki itu hanya bisa teraihkan dengan tergapai-nya keredhaan dari sang maha kuasa atas segala sesuatu, yaitu Allah swt., sedangkan di selain itu hanya kehancura belaka.

Jalan itu adalah Jalan Dakwah kepada Allah swt., sebuah jalan yang telah di tempuh para pendahulu kita, semisal nabi Nuh as., Ibrahim as., Musa as., Isa as., yusuf as., Luth as., Syu’aib dan junjungan kita Muhammad saw., semoga shalawat dan salam senantiasa tercurahkan untuk mereka semuanya. Jalan seperti ini jugalah yang di tempuh oleh para pengikut mereka yang setia, mulai dari para sahabatnya, ulama, orang-orang ikhlas, dan para penyeru kebenaran lainnya yang telah Allah pilih untuk menjadi tentara-tentara dakwah meninggikan kalimatnya di muka bumi. Jalan ini adalah juga bagi mereka-mereka yang benar-benar mau berniaga dengan Rabb semesta alam dengan sebuah perniagaan yang pastinya menguntungkan sekali dengan keuntungan yang berlipat ganda dari modal awal yang hanya sangat sedikit, merekalah orang-orang yang tahu dan faham akan firman Allah swt.:

يا ايها الذين آمنوا هل أدلكم على تجارة تنجيكم من عذاب أليم() تؤمنون بالله ورسوله وتجاهدون فى سبيل الله بأموالكم و أنفسكم ذالكم خير لكم إن كنتم تعلمون()

“ wahai orang-orang yang beriman maukah kalian aku tunjukan atas sebuah perniagaan yang dapat menyelamatkan kalian dari azab yang pedih?. (yaitu) kamu kalian beriman kepada Allah dan Rasulnya serta berjihad /berjuang di jalan Allah dengan dengan harta dan jiwa kalian. Itulah yang lebih baik bagi kalian jika kalian mengetahui.”

Juga firman Allah swt.:

قل هذه سبيلى أدعو الى الله على بصيرة أنا ومن اتبعنى وسبحان الله وما أنا من المشركين

“Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik."

Mengapa jalan kemulyaan ini penuh dengan banyak kesulitan?
Sebabnya karena di sinilah manusia di uji kesungguhan mereka untuk mengikut segala titah Pencipta-nya, seandainya jalan dakwah ini mudah saja untuk di lalui oleh siapa-pun juga, penuh dengan kesenangan-kesenangan yang menyertainya, ber-hiaskan indahnya bunga-bunga indah musim semi, berselimutkan segar-nya semilir angin yang membuaikan, tidak terdapat onak dan duri serta terjalnya batu karang yang menghalang, aman dari segala gangguan pelaku kejahatan dan ejekkan para pendusta agama dengan segala kedengkian dan ke-irian mereka, tidak terdapat rintangan para penghalang dakwah serta mereka-mereka para punggawa dan pembantu Iblis yang bersemangat menghalangi bersinarnya cahaya kebenaran Islam, tidak mendapat-kan gangguan mereka-mereka yang tidak akan pernah merasa senang dan suka melihat cahaya kebenaran dari Allah swt. tersebar di-permukaan bumi-nya; seandainya jalan dakwah di- taburi dengan banyak kesenangan, maka akan sangat-lah mudah bagi setiap orang untuk menjadi pelaku dakwah ini dengan tanpa tantangan berat yang harus di- lawan, ketika itu akan tercampur-lah antara seruan kebenaran dan keburukan sebab siapa-pun dengan mudah bisa menjalani-nya walau tanpa berbekal pengetahuan tentang jalan kemana hendak mengajak dan menuntun manusia...!! Karena sesungguhnya para penyeru kebenaran yang telah memilih jalan dakwah dalam hidupnya, mereka adalah manusia-manusia terpilih yang telah Allah takdirkan untuk mengemban amanah meninggikan kalimat-nya di buminya ini, meninggikan tegakknya sebuah kemulyaan kalimat agung “ laa ilaha illallaah ” ke-seluruh pelosok buminya yang telah di-wariskan untuk para hamba-nya yang beriman.

Sekarang ini di mana kita sedang di- bombardir dengan serangan-serangan gencar para musuh islam, mereka melakukan dan menjalankan aksinya karena melihat kita banyak yang masih terlelap dalam tidur pulasnya sehingga tidak sadar sedang di-bunuh dan di-bantai secara perlahan; ya… mereka berusaha membunuh Ummat islam dari karakter ke-imanan yang di miliki, akibatnya kita bisa melihat bagaimana keadaan kita saat ini hampir di seluruh belahan dunia. Sudah tentu semuanya atas kehendak dari Allah yang maha bijaksana dan maha mengetahui yang menggilirkan kemajuan dan kemunduran di anatara manusia secara bergilir; di mana pada akhir-nya ketika saatnya sudah tiba kembali, Islam pasti akan membuktikan diri bahwasannya ia yang terbaik dan satu-satunya yang baik dari semua konsep dan pemikiran serta ideologi yang ada. Kebaikan dan kebenaran pasti akan keluar dari arena sebagai pemenangnya, sedangkan keburukkan dan kebatilan pada akhirnya hanya selalu akan menjadi pecundang di akhir penentuan. Janji Allah swt. untuk orang beriman dengan kemulyaan dan pelaku kebatilan dengan kehinaan pasti akan terbukti kebenarannya.

Firman Allah swt.:

وقل جاء الحق وزهق الباطل إن الباطل ....

Allah telah memberikan pemulyaan pada diri manusia dengan dua hal penting; yang pertama adalah memberikan manusia akal dan sifat fitrah, dan yang ke-dua adalah dengan mengutus para Utusannya kepada mereka sekaligus menurunkan kitab-kitabnya bersama mereka. Di sinilah kenapa Allah swt mensyariatkan dakwah bagi hambanya, yaitu menjadikan jalan ini untuk di pakai menyeru manusia supaya mereka senantiasa berjalan di atas garis yang benar darinya, yaitu: hidup mengikuti fitrah yang benar menjadi hamba –hamba Allah swt. yang bertauhid, kemudian menjalani kehidupan dengan mengikuti segala hukum dari Allah swt. yang telah di wahyukan kepada Utusan-nya.

Di balik nikmat yang begitu besar ini atas diri manusia dengan memberikannya nikmat akal yang dengannya manusia bisa menggunakan untuk mengerti dan memahami segala beban-beban tanggung jawab dari sang pencipta yang harus di pikul dan dilaksanakannya, kemudian Allah swt menambahkan sifat fitrah pada diri manusia semenjak di lahirkan yang menuntun manusia untuk dapat menerima dengan apa yang di bawa para utusan Allah jikalau manusia mau menuruti kefitrahan-nya itu. Firman Allah swt:

فأقم وجهك للدين حنيفا فطرت الله التى فطر الناس عليها لا تبديل لخلق الله ذلك الدين القيم ولكن أكثر الناس لا يعلمون

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,”

Nabi saw bersabda: “tidaklah seseorang itu di lahirkan kecuali di lahirkan atas (dasar) fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang men-yahudikannya, atau men-nasranikannya, atau men-majusikannya, kama tuntaju al-bahiimatu bahiimatan jam’aau, hal tuhussuuna fiihaa min jad’aai?, kemudian abu Hurairah ra. Membaca firman Allah swt: “fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu…(Qur’an)

Dalam sebuah riwayat dari ‘Iyadh bin Hamaar Al Majaasyi’iy-ra.- bahwa nabi saw. pada suatu hari berkhutbah, di di dalam khutbahya beliau bersabda :

“sesungguhnya Tuhanku yang maha mulya dan agung telah memerintahkanku supaya mengajarkan kepada kalian pada hal yang kalian masih bodoh (belum mengetahuinya), dari apa yang telah Allah ajarkan kepadaku pada hariku ini: setiap harta yang telah aku berikan (karuniakan) pada hamba-hambaku itu halal, dan sesungguhnya aku menciptakan hamba-hambaku setiap dari mereka dalam keadaan lurus dan sesungguhnya syaitan-syaitan telah mendatangi mereka maka kemudian menyesatkan mereka dari agama mereka, dan aku telah mengharamkan atas mereka apa-apa yang telah aku halalkan bagi mereka, dan para syaitan menyuruh mereka supaya mensekutukanku pada saat belum aku belum aku turunkan pengetahuan pada mereka…”

Kemudian Allah swt memulyakan manusia dengan menurunkan para utusannya kepada mereka dan menurunkan kitab-kitabnya atas mereka.

Tidak begitu saja Allah swt. menciptakan manusia di dasarkan pada fitrah dan akal, akan tetapi kemudian Allah swt. mengutus para Utusannya sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, menurunkan bersama mereka kitab-kitabnya sebagai penjelas bagi mereka antara yang benar dari yang batil dan menjadi rujukan bagi mereka dalam perkara yang mereka perselisihkan, sehingga pada saat itu tidak ada alasan lagi bagi manusia untuk tidak mengikuti fitrah islam yang sudah ada sejah mereka di lahirkan, tidak ada lagi alasan bagi mereka setelah Allah mengutus para Rasulnya dena\gan mengatakan belum datang petunjuk Tuhan kepada kami.

Ajaran para Rasul Allah menyampaikan risalah kebenaran dari Tuhan mereka kepada manusia adalah mengandung setiap kebaikan dan menjauhkan manusia dari setiap keburukan, mereka mempersembahkan bagi manusia hal-hal yang bisa membahagiakan dena\gan sesungguhnya baik di dunia dan lebih pastinya di kehidupan akhirat, tidaklah terdapat sebuah kebaikan kecuali mereka menunjukan manusia jalan menuju ke-arahnya, dan tidak terdapat keburukan kecuali mereka memperingatkan manusia untuk tidak mendekati dan mendatanginya.

Dakwah seluruh Utusan Allah pada garis besarnya di dasarkan pada tiga hal penting yang sama satu dengan yang lainnya, yaitu: Menyerukan pada ajaran tauhid, memberitakan kenabian mereka sebagai utusan Allah, dan mengabarkan akan datangnya hari akhir atau har pembalasan.

Al Qur’an telah menjelaskan tiga dasar ini secara jelas sekali, tiga hal ini adalah yang terpenting yang diserukan oleh semua semua Utusan Allah swt., semua kitab-kitab Allah yang di turunkan kepada para utusannya telah memperhatikan tiga hal ini, begitu pula dengan semua syari’at samawi mempunyai kesamaan dalam tiga hal pokok seruan dakwah kepada Allah swt.; yang paling penting di antara tiga pokok ini adalah “ tauhid ” yang di-kandung oleh hampir semua surat dalam qur’an dan bahkan semuanya, apakah itu lewat pemberitahuan tentang Allah beserta nama-nama dan sifat-sifat yang di milikinya, atau seruan untuk hanya beribadah kepadanya seorang tanpa mensekutukannya dengan siapapun juga, atau lewat perintah-perintah dan larangan-larangan yang di tetapkannya, serta juga seruan untuk berpegang teguh di-dalam ketaatan secara mutlak atas kehendaknya, atau pemberitahuan tentang pemulyaannya untuk para ahli tauhid dan balasan untuk mereka di akhirat kelak, atau berupa pemberitahuan tentang kesyirikan dan akibat yang akan menimpa pelakunya yaitu berupa pedihnya siksaan neraka sebagai balasan bagi siapa saja yang keluar dari lingkaran ke-tauhidan yang benar kepada Allah awt.

Di sinilah kenapa dakwah begitu penting untuk di ambil sebagai jalan hidup, karena ia adalah sebuah jalan hidup terbaik, profesi termulya dari Allah swt yang memberikan keuntungan kepada pelakunya baik di rumah dunia maupun rumah akhirat. Karena sungguh sangat beruntungnya kita jikalau Allah swt menjadikan kita sebagai perantara atau wasilah darinya untuk menunjukkan manusia kepada jalan yang di redhainya.

Dan saya dengan merendahkan diri sendiri, sangat berhasrat menyumbangkan sedikit pengetahuan yang di fahami untuk kawan-kawan se-akidah yang memilih dakwah sebagai jalan hidupanya mengikuti jejak para utusan Allah dan para pengikut mereka yang setia. Maka dengan memohon petunjuk dari Allah, tangan ini mencoba menuliskan sedikit larik demi larik pemikiran yang ada, walau sebenarnya saya pribadi yang masih sangat membutuhkan sekali nasehat dan pelurusan dari siapa-pun juga apabila terjadi banyak kesalahan dan penyimpangan yang bisa menjauhkan diri dari rahmat Allah swt., khususnya dalam tulisan-tulisan di-sini. Kiranya hanya dengan sebuah harapan semoga Allah swt. selalu menunjukkan diri ini pada kebenaranlah hingga semua yang tertulis dalam buku ini nantinya dapat memberikan manfaat bagi setiap pembacanya secara khusus dan ummat pada umumnya, dapat menjadi air sejuk pelepas dahaga yang bisa menghilangkan kehausan para pencari kebenaran, dapan menjadi penyubur benih kebenaran yang akan, sedang atau baru di semaikan, memberikan tambahan amunisi para mujahid dakwah dalam perjuangannya meninggikan kalimat Allah swt. di muka bumi, dan juga dapat mendorong untuk munculnya generasi-generasi rabbani baru untuk segera bergabung ke-dalam barisan pengusung dakwah ilahiyyah menyebarkan cahaya Islam di-manapun adanya.

Saya sengaja memberi judul buku ini dengan " RISALAH DI JALAN DAKWAH " untuk memberikan sedikit penjabaran tentang bagaimana-kah dakwah itu sebenarnya, tentang manis dan pahit yang di rasakan para pemilih jalan ini, tentang perjalanan dakwah itu sendiri dari dulu sampai hari ini sehingga setiap dari kita benar-benar mengetahui bentuk dan konsep dakwah yang di pakai para pendahulu kita dan dapat menjadi di antara pelaku dakwah itu sendiri, mereka adalah terdiri dari para nabi dan rasul pilihan Allah sampai ulama-ulama kebenaran yang sudah mendahului kita. Karena bagaimanapun juga setiap dari kita sebenarnya adalah Da'i, yaitu untuk dirinya sendiri, keluarga, masyarakat dan ummat. Dengan mengambil pelajaran dari kisah-kisah perjuangan dakwah kepada yang haq, dari para Nabi dan Rasul pilihan, orang-orang shalih, dari masa yang lalu sampai saat kini. Dengan satu harap semoga Allah menjadikan tulisan ini sebagai mata air sejuk yang bisa menghilangkan dahaga para musafir dakwah dan kebenaran akan kalimat-kalimat kebenaran islam.

Akhir kata, semoga Allah swt. meneguhkan langkah kaki ini untuk senantiasa berpijak di atas landasan kebenaran yang hakiki darinya, bisa terus berbuat menyebarkan rahmat Islam dengan izin-nya kepada mereka yang belum mendapatkan keindahannya. Pada akhirnya kita bisa mendapatkan sebuah titel "Nafsun Mardhiyyah ” yang Allah swt beri kemulyaan di-dunia dan akhiratnya.
Wallahu a'lamu bisshawab .


Tertanda, Penulis:
Ibn Maqshudy lc.

Mereka Berjatuhan Dari Dakwah?

Oleh; Ibn Maqshudy


Terjerembab dari jalan dakwah? Ter-eliminasi dari sebuah profesi akhirat yang sangat mulya? Sudah bukan hal yang tidak mungkin lagi, bahkan banyak se-kali terjadi. Hal ini karena sang pelaku tidak mau mengi-kuti rute yang sudah jelas di lewati oleh para pendahu-lunya, mulai dari Rasulullah saw., sahabatnya, serta ge-nerasi-generasi terbaik setelahnya; atau barangkali ka-rena belum memahami jelan yang di tempuhnya hingga mudah tergelincir jatuh tanpa bangun lagi.

Di antara yang menjadi banyak penyebabnya adalah:

1. Tidak tahan derita di jalan dakwah.

Di sana terdapat orang yang memilih jalan dakwah akan tetapi sayangnya tidak pernah di camkan dalam otaknya dengan sebuah sebuah keniscyaan yang akan di hadapinya, sebagaimana tersebut dalam sebuah fir-man Allah:

أحسب الناس ان يتركوا أن يقولوا ءامنا وهم لا يفتنون

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka di-biarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", se-dang mereka tidak diuji lagi?"

ولقد فتنا الذين من قبلهم فليعلمن الله الذين صدقوا وليعلمن الكاذبين

“ Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.”

Cobaan di jalan dakwah itu sudah merupakan sunnah illahiyyah sejah dulu-dulu yang namanya “dak-wah”pertama kali ada, seperti yang sudah di ketahui oleh orang-orang yang beriman kepada Tuhanya dan mempercayai segala ketentuan-ketentuannya di-kehidupan ini.

Karena itulah, hendaknya bagi siapa saja yang yang memilih jalan ini, maka hendaknya selalu mem-persiapkan dirinya untuk menahan segala macam rin-tangan, ujian, terror-teror yang menakutkan, dan dan bahkan bukan hanya hartanya yang harus di kobankan, bahkan lebih dari itu harus bersiap untuk memberikan jiwa dan raganya untuk kehidupan dakwah kepada islam yang haq.

فيه المصائب والمكاره جمة # لكنه ماليس منه بديل

Sesunggguhnya jalan dakwah bukan merupakan sebuah jalan yang enak di lalui, akan tetapi terdapat ba-nyak kubangan-kubangan berlumpur, duri-duri tajam, rintangan-rintangan sulit. Seperti apa yang telah di jalani oleh sebaik-baik manusia (Nabi Muhammad saw.) ba-gaimana beliau telah berkecimpung di dalam puluhan beberangan untuk meningikan kalimat Allah, dan tidak jarang beliau terluka di dalam perjuanganya itu, menga-lirkan darah dari tubuhnya, dan ia tetap bersabar ber-juang di dalam Allah, para sahabatnya juga tidak ke-tinggalan berjuang meninggikan kalimat Allah dengan penuh keihlasan dan pengorbanan apapun juga ter-masuk dengan jiwa mereka.

Firman Allah swt:

“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mere-ka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah ter-hadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Al-lah).”

Sejarah islam berisi banyak sekali orang yang mengorbankan dirinya di jalan Allah karena ingin men-jaga agama Allah, di sini akan saya sebutkan bebera kisah dari para pemberani itu, dari para pembawa ben-dera dakwah itu supaya kita dapat mengambil pelajaran dari mereka dan mengikuti jejak rekam perjalanan me-reka untuk kita jadikan panduan dalam melangkahkan kaki di dunia dakwah.


من الناس رجال صدقوا ما عهدوا الله عليه فمنهم من قضى ومنهم من ينتظر وما بدلوا تبديلا


2. Goncang ketika mendapatkan ujian dan cobaan-cobaan.

Allah swt. telah mmberikan sebuah kenikmatan ter-besar pada manusia, yaitu agama ini sebagai rahmat untuk untuk alam semesta. Sejarah mencatat bahwa sebuah peradaba menjadi maju karena kematangan dalam menjalani ujian kehidupan. Seorang yang mengaku beriman berrarti bersiap untuk menghadapi segala ujian untuk mengasah keimanannya, dan terlebih lagi ketika dakwah sudah di ambil sebagai jalan kehidupannya maka harus bersiap untuk menahan segala ujian dan cobaan yang menghadangnya.

Bagi mereka yang memandang ke-depan, segala ujian dan tantangan hanya akan di jadikan dan di-anggap sebagai angin yang baik bagi laju perahu layarnya untuk menyampaikannya dengan cepat pada dermaga yang sedang di tujunya.

3. Tidak mau berkorban di-dalam memperjuangkan agamanya.

Boleh di bilang lucu apabila seorang memilih ja-lan ini dalam hidupnya; lalu setelah itu segan untuk dan tidak mau berkorban demi kepentingan dakwah yang di jalani. Padahal antara dakwah dan pengorbanan meru-pakan dua hal yang tidak dapat di pisahkan; mulai dari korban waktu, tenaga, pikiran, harta, dan sampai men-gorbankan nyawa sekalipun demi kesuksesan dakwah-nya.

Kita bisa melihat bagaimana Rasulullah saw mendakwahkan risalah dari Rabb-nya dengan penuh kesungguhan dan pengorbanan yang sangat besar, lalu kita bisa melihat bagaimana para shabat generasi per-tama islam berjuang meninggikan panji islam di permu-kaan bumi dari mulai dalam keadaaaan minoritas idak di pandang sebelah matapun sampai menjelma menjadi kekuatan nyata di hadapan musuh-musuhnya, kemu-dian kita juga bisa menyaksikan bagaimana pengorba-nan generasi tabi’in demi menegakkan kalimat Allah di bumi, kemudian setelah dan setelahnya sampai hari kita sekarang ini. Sungguh tiada kesuksesan tanpa pengor-banan.

Bagi manusia-manusia yang masih menjadikan dunia sebagai orentasi kehidupannya maka bukan di jalan ini tempatnya, karena dakwah bukan kerja untuk mengumpulkan harta dunia; akan tetapi usaha me-nyampaikan kepada manusia pada kalimat-kalimat ke-benaran gama pilihan supaya mereka mendengar dan mentaatinya. Dakwah adalah memberi tanpa mengha-rapkan imbalan, kecuali imbalan dari sang maha mem-beri yaitu Allah swt., sebab itu pengorbanan tidak bisa terpisahkan dari profesi akhirat yang sangat mulya ini. Seorang Dai memang mengharapkan imbalan dari pe-kerjaan yang telah di pilihnya, yaitu imbalan keredhaan dari Rabb-nya.



4. Malu dari manusia (malu menyampaikan kebe-naran).

Malu kepada manusia untuk menyampaikan ke-benaran?! Kenapa harus malu untuk melakukannya, meletakkan malu di sini bukan pada tempatnya, malah ketika seorang dai merasa malu untuk menyampaikan sebuah kebenaran, maka hasil seperti apa yang kemu-dian akan di dapatkannya; kecuali hanya sebuah kega-galan. Mereka para penyeru kebatilan tidak segan dan tidak malu berkoar-koar endakwahkan kebatilan mereka menyesatkan manusia, lalu kenapa kita harus malu?!! Sedangkan yang sampaikan adalah kebenaran sesung-guhnya yang akan membuat manusia bahagia dunia akhirat.

5. Terlalu ingin cepat-cepat serta tergesa-gesa un-tuk mendapatkan kemenangan/sampai tujuan.

Nabi kita dulu-dulu sudah mewanti-wanti kita untuk membuat sifat satu ini, terlebih bagi seorang da’i, seo-rang penyeru risalah kebenaran islam, dalam sabdanya”

العجل من الشيطان

“tergesa-gesa itu asalnya dari syaitan”

Akibatnya adalah, ketika merasa seruannya tidak banyak dan bahkan tidak ada peminatnya, atau merasa terlalu lambat hasilnya kemudian menjadikan semangat yang awalnya membara perlahan menciut dan parahnya bisa padam sama sekali.

Lakukanlah dengan

6. Tidak mau bertahap dan tidak bisa bersabar un-tuk mencapai tujuan.

Merupakan kesalahan besar ketika seorang Dai tidak mau bertahap menyampaikan Islam kepada orang-orang yang di serunya. Karena betapa tahapan-tahapan dalam dakwah itu sangat penting sekali; sebab begitulah yang telah di lakukan oleh Rasulullah saw dahulu ketika menyampaikan risalah islam dari Rabb-nya. Kita tidak bisa menumpahkan sekaligus apa yang hendak kita seru-kan; karena kibatnya kalau kita lakukan adalah mereka-mnereka malah akan lari menjauh dari kita. Dah hasil akhirnya adalah kegagalan seorang dai dalam usahanya.

Ibarat sebuah botol yang hanya memiliki lubang kecil untuk memasukkan air kedalamnya, maka untuk mengisinya tidak mungkin langsung kita tumpahkan se-kaligus air dari dalam ember; akan tetapi sedikit demi sedikit hingga akhirnya penuh.


7. Menggunakan kalimat yang melukai perasaan atau hati pendengarnya.

Meskipun itu kebenaran yang kita sampaikan, akan tetapi kita tidak bisa ampaikannya dengan cara seenaknya saja; karena bila itu terjadi akibatnya di bela-kangnya adalah segala kebenaran yang kita sampaikan hanya akan di tolak saja. Banyak sekali Dai yang gagal dalam dakwahnya karena satu hal saja: yaitu kalimatnya terlalu melukai pendengar atau objek dakwahnya.


Itulah beberapa hal di atas yang membuat para Dai berjatuhan dari jalan dakwah, yang membuat sebuah cita-cita luhur untuk meninggikan kalimat Allah tidak dapat di lakukan olehnya, yang membuat ia tidak menja-di seorang dari sobjek kebangkitan risalah Allah yang sukses. Itulah akibat dari tidak memahami dakwah islam secara sempurna, tidak memahami sifatnya yang sudah pasti ada, tidak memahami segala konsekwensi menjadi seorang Dai, dan tidak memahami jalan dan metode se-perti apa yang di pakai oleh para Utusan Allah dan gene-rasi-generasi awal terbaik ummat islam.

Beda ketika kita telah menggunakan cara sebaik mungkin untuk menyampaikan kebenaran kepada manu-sia akan tetapi masih juga tidak mendapatkan sambutan yang menggembirakan, masih belum mendapatkan ja-waban penerimaan mereka; maka seorang Dai yang ikhlas karena Allah tidak akan mengambil pusing dan tidak akan berputus asa mengalaminya, bahkan akan makin melecut semangatnya menyeru dan menyerukan ke-benaran yang ia ketahui. Karena ia tahu berdakwah hasil segala seruannya Allah-lah yang mengaturnya, sedang-kan ia hanya di jadikan Allah sebagai perantara saja un-tuk menunjukki manusia, kewajibannya hanya menyam-paikannya saja, sedangkan istijabah manusia Allah yang mengaturnya. Nabi Nuh –‘alaihissalaam- akan senantiasa di ingatnya, bagaimana beliau Berdakwah di antara kaumnya selama 950 tahun dan tidak mendapatkan pen-gikut melainkan hanya sedikit saja, tapi siang dan malam tidak pernah berputus asa terus saja menyampaikan risa-lah kebenaran untuk manusia karena beliau-‘alaihissalaam-sadar bahwasannya semua itu adalah Allah swt yang mengaturnya.

Saudaraku…
Ketika keikhlasan sudah menjadi ciri utama seo-rang Dai, maka tiada lagi sesuatu yang terasa berat di pundaknya, sebab ia tahu bagi orang yang mengambil jalan hidup seperti dirinya pintu syurga akan selalu ter-bentang merindukan dan menyambutnya, keredhaan Al-lah akan selalu mengiringi setiap perjalanannya yang di gunakan untuk meninggikan kalimatnya di bumi milik-nya.

Wallahu a'lam...

Risalah Untuk Bidadari Syurga 1

Oleh: Ibn Maqshudy


Segala puji untuk Allah ta’ala, Rabb yang telah melimpahkan begitu banyak ni’matnya untuk makhluknya, dan jikalau kita hendak menghitung semua nikmatnya niscaya tidak akan pernah bisa. Kemudian shalawat dan salam kita haturkan kepada kekasih dan junjungan kita Nabi Muhammad, yang karena berkat perjuangan beliau dengan izin Allah maka kemudian kita semua dapat merasakan nikmatnya nikmat islam ini, juga teruntuk keluarga beliau, shahabat, dan seluruh yang mengikuti jejak mereka sampai hari akhir.

Wa ba’du…
Kalau pembaca melihat judul yang terpampang “ surat cinta untuk calon permaisuri syurga” maka akan terbersit kalau tulisan di sini seakan hanya di tunjukan untuk kaum hawa saja, sebenarnya tidak dan malah nggak kalah pentingnya bagi kaum adam untuk membacanya. Karena bagaimanapn juga siapakah yang tidak mengginginkan calon permaisuri syurga kalau tidak mengetahui siapakah mereka? Dan kemudian berpikir untuk diri sendiri, apakah saya pantas untuk mendapatkan calon bidadari syurga itu? Dan bagi saudariku Muslimah kemudian bertanya keapda diri sendiri bisakah saya menjadi calon permaisuri syuga itu dan menjadi permaisuri di-dalamnya kelak?
Jawabnya bagi orang yang masih bertanya adalah bisa dan bisa serta pasti bisa dengan izin Allah swt. Dan itu kalau kita mau mnegikuti jalur-jalur yang telah di tentukan oleh sang maha penentu untuk menjadi penghubungnya. Setiap tujuan pasti ada jalan khusus untuknya dan tidak bisa sembarang jalan bisa di tempuh seenaknya untuk mencapainya, juga demikian dengan engkau wahai para putri-putri khadijah, wahai para putri-putri Aisyah, wahai para putri Hawa.

Saudariku…
Maukah engkau menjadi bidadari syurga itu? Bukan …Bukan hanya sekedar bidadari, akan tetapi lebih dari bidadari, bahkan engkau adalah permaisurinya. Karena orang-orang seperti engkaulah yang bisa membuat semua bidadari di syurga cemburu kepadamu. Kenapa bisa? Karena engkau lebih dari mereka ketika engkau mau menempuh jalan kesana untuk meraih sebuh titel untukmu “wanita shalihah” yang kemudian setelahnya berhak mendapatkan sebuah gelar “permaisuri syuga.”

Dunia…
Jangan sampai engkau terpedaya dengannya saudariku, jangan sampai engkau terperosok kedalam bayang-bayang palsunya, jangan sampai engkau hilangkan kemilau cahayamu dengan lumpur kehinaannyya, karena syurga itu bukan rumahmu sebenarnya, ya…rumah sebenarnya buatmu adalah syurga, karena itu jangan sekali-kali pernah engkau lupakan.

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.”

“Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadaNya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.”

Jikalau engkau bisa menjadi seorang permaisuri syurga Yang bisa membuat para bidadari cemburu kepadamu Lalu mengapa engkau tidak maui akannya?

Aku kira engkau tidak termasuk atau tidak tergoda untuk menjadi di antara hamba materi, hamba dunia fana, yang langsung saja suka dan puas dengan apa yang ada di hadapanmu saat ini. Karena memang kebanyakan manusia itu seringnya lebih puas melihat yang sudah ada di depan mata mereka, sedangkan syurga itu…??? Mereka tak sabar untuk meraihnya, padahal sebenarnya tidaklah lama kita dengannya. Saya katakana tidak lama, karena memang kita hidup di dunia ini sebenarnya bukan dalam banyak tahun , tapi hanya dalam beberapa saat dalam sehari saja, tidak sampai sehari, sayangnya lebih sering hati dan mata kita sudah lebih tersilaukan oleh godaannya.

Saudariku…sekali lagi saya ucapkan untukmu, jangan engkau suramkan kemilaumu dengan segala kepalsuan dunia. Karena dunia itu akan musnah dan tidak kekal, sedangkan akhirat kekal sudah menanti setiap dari kita untuk mengetuk pintunya.
Firdaus, Adn, dan lainnya sudah rindukan ketukan tanganmu untuk membukanya. Apa engkau tidak ingin segera membukanya? Saya yakin tentu ingin jawabnya, karena aku saya yakin engkau masih mempunyai akal sehat untuk berpikir benar dan lurus.

Kepada Allah swt saya selalu memohon petunjuk dan curahan taufiqnya dalam menuangkan kebenaran demi kebenaran ini, untuk merangkaikan kata demi kata yang aku hadiahkan secara khusus untuk para saudariku putri-putri Hawa dan Generasi-generasi Penerus Khadijah dan Aisyah semoga rahmat Allah selalu terlimpah atas mereka semuanya.

Wassalam
Ibn Maqshudy El Chumairy

Islam dan Perempuan

Oleh: Ib Maqshudy


Islam mengajarkan ummatnya untuk menjaga kaum wanita, mengasihinya, memelihara hak-haknya, sebagai bentuk sebuah pemulyaan terhadap manusia yang bernama Hawa, dan ini semua tidak ada sebelum Islam datang ke-permukaan bumi, Islam datang dengan mewajibkan kita menghormati perempuan seperti ibu sendiri, saudari sendiri, serta putri sendiri.

Para budak nafsu tentu saja tidak menerima semua bentuk pemulyaan Islam terhadap perempuan itu, karena yang mereka inginkan adalah mengeluarkan wanita dari tempat seharusnya berdiam, lalu membebani dengan hal-hal yang tidak sesuai dengan fitrahnya. Menghalalkannya demi kepentingan nafsu mereka, mengekploitasi kewanitaanya demi memuaskan nafasu-nafsu binatang mereka.

Mereka para budak nafsu dengan bantuan bisikan dari syetan yang tentu saja mendukungnya, terus merayu dan menggoda para wanita dengan kata-kata semanis madu akan tetapi beracun, mereka berusaha memberikan dogma keapda para wanita itu, bahwasannya wanita itu tempatnya bukan hanya di rumah saja, mengatakan bahwasannya rumah itu seperti penjara saja bagi wanita, maka itulah wanita harus sering-sering keluar dari rumahnya. Mendapat racun-racun dalam rupa manis madu yang menggoda selera maka hanya wanita-wanita yang beriman saja yang akan aman dari godaan ini, karena apabila terseret maka tidak aka nada apa-apa yang di dapatkannya kecuali hanya kesialan saja dan dosa serta hilangnya satu hal yang sangat di banggakan, yaitu kemulyaan dan rasa malu. Kita dapat melihat godaan-godaan fitnah itu dari banyak sekali media-media, mulai dari Koran, majalah dan elektronik lainnya.
(kita bisa melihat sampai saat ini di banyak Negara, banyak sekali wanita-wanita di jadikan tenaga pekerja akan tetapi dengan gaji dan bayaran di bawah pria).
Islam sudah mengajarkan ummatnya untuk bagaimana bersikap terhadap makhluk Hawa ini, menempatkannya di tempat yang sesuai dengannya, sesuai dengan sifat dan fitrahnya. Ini berbeda dengan mereka-mereka yang jauh dari petunjuk Allah, baik itu orang-orang di luar Islam atau orang yang sudah mengaku Islam akan tetapi hanya menjadikannnya sebagai bahan formalitas saja, wanita adalah makhluk yang cocok di gunakan sebagai pemuas nafsu mereka. Sungguh orang yang telah Allah sesatkan maka tiada petunjuk baginya.

Ya Allah…
Selalu tunjukannyalah kami kebawah naungan kemulyaanmu…

Islam adala agama yang penuh dengan kemulyaan, keutamaan, pernghargaan, kesejahteraan, persaudaraan yang bersifat mendunia. Kita tidak lah berbicara mengenai sesuatu secara serampangan tanpa menggunakan dalil dan hujjah yang jelas, akan tetapi AlQur’an dan Sunnah nabinya selalu berada di hadapan kita untuk menjadi pengatur dan penimbangnya.

Bukankah islam telah mengharamkan zina, khomr, riba, memakan harta anak yatim, serta menuduh wanita baik-baik berbuat zina?

Bukankah islam telah menyeru kita untuk berbuat baik, menolong orang-orang yang meminta pertolongan, menolong seseorang yang sedang kesusahan, member pinjaman tanpa bunga kepada orang yang membutuhkan, membantu keperluan orang-orang hanya dengan harap redha Allah?, maka Allah pun menjanjikan melipatgandakan satu kebaikan dengan sepuluh semisalnya sampa seratus kali.

Bukankah juga Islam telah menyuruh sifat kedermawanan serta melarang dari bersifat hambur-hamburan?

Lalu mana peraturan islam yang tidak baik, seperti membolehkan sogok misalnya serta perkara-perkara yang tidak sesuai dengan kemanusiaan.

Sesungguhnya manusia selama mereka tidak kembali kepada Islam maka mereka akan senantiasa menjadi orang celaka sampai hari kematian dan sampai pada saat tidak ada akhir kehidupan lagi atau dalam kekekalan di akhirat nanti.

Islam menyuruh hanya kepada Allah kita persembahkan penghambaan serta hanyak hukumnnya yang kita ikuti, bukan hukum selain miliknya. Sungguh yang paling berhak atas ibadah seorang hamba adalah yang telah menciptakan hamba tersebut, yaitu Allah swt.

Islam adalah undang-undang kemsyarakatan yang beradab, satu-satunya yang benar, dan manusiawi, maka barang siapa yang tidak masuk kedalamnya maka ia akan manjadi hina dan celaka. Sungguh sangat merugi orang yang tidak masuk kedalam peraturan islam dan keredhaan beribadah keapda Dzat yang telah menciptakannya.

Sesungguhnya mengambil hukum buatan manusia dengan mengesampingkan hokum Alla adalah sama dengan mengambil hukum“Thaghuut” yang di mana kita sudah di perintahkan untuk mengingkarinya.


Wallahu a'lam...

Waktu dan Kehidupan 2

oleh: Ibn Maqshudy



Di akhirat….

Neraka dan syurga protes, maka berkatalah neraka:” kok saya cuman di masukki oleh orang-orang dzalin dan sombong…?” lalu syurga berkatapula:”ada apa denganku knapa tidak memasuki aku kecuali hanya orang-orang lemah dan miskin?”. Maka berfirmanlah Allah swt: “engkau adalah siksaku, denganmu aku menyiksa siapa saja yang aku kehendaki”, kemudian kepada syurga:” engkau adalah kasihku, denganmu aku mengasihi siapa saja yang aku kehendaki, setiap salah satu dari kalian berduan terdapat isinya masing-masing” ( HR. Muslim/4/2186/no. 2846)

Allah menciptakan makhluknya serta menjadikan mereka di dalam dua golongan, satu golongan di syurga dan satunya di neraka. Tidak seperti persangkaan orang-orang Mu’tazilah yang dengan kebodohan mereka mengatakan ada tempat ketiga, yaitu antara syurga dan neraka.

Nabi saw telah mengkhabarkan kepada kita tentang penduduk syurga dan sifat-sifat mereka, sera penghuni neraka beserta keadaan-keadaan mereka.

Nabi saw telah banyak menjelaskan kepada kita tentang keadaan penduduk syurga maupun nereka dalam hadis-hadisnya, seperti yang d riwayatkan di Bukhory(6/72) ditab assiyar, dan muslim(4/219) no.( 2853).

Dan di dalam Qur’an juga Allah banyak sekali menyinggung tentang keadaan penduduk syurga dan neraka sebahai bahan tadabbur bagi setiap orang yang beriman, antara targhiib dan tarhiib.

Untuk otang yang masih bisa menggunakan akal sehatnya agar tidak pernah untuk merasa aman dari maker Allah, karena Allah bisa saja setiap saat merubah dan mebolak balikkan antara seseorang dan hatinya, nabi saw telah menghabarkan kepada kita:

أن القلوب بين أصبعين من أصابع الرحمن يقلبها كيف يشاء( البخارى/88 كتاب التوحيد. و مسلم/4/2036/رقم 2643)

Abu bakar Asshiddiq, seorang sahabat terbaik Rasulullah, pernah berkata:” demi Allah, seandainya satu kakiku sudah berada d dalam syrga, aku belum aman dari makar Allah.”

Saking beratnya urusan ini, maka tek heranlah jika nabi memberitahukan kepada kita bahwasannya yang pertama-pertama kali di bakar di neraka adalah: orang-orang yang berilmu, yang bersedekah dan berjihad (yang berniat bukan karena Allah), ini bisa di baca di hadis yang di riwayatkan oleh Tirmidzi (4/510/512), no (2382), dengan status hadis hasan gharib, kemudian d dalam riwayat Muslim yang di singkat (3/1524) no (1905).

Maha benar Allah dan Utusannya, firman Allah dalam surat Hud ayat 15-16:

من كان يريد الحيوة الدنيا و زينتها نوف اليهم أعمالهم فيها و هم غيها لا يبخسون (15) أولئك الذين ليس لهم فى الآخرة الا النار و حبط ما صنعوا فيها و باطل ما كانوا يعملون (16) (هود: 15-16)


Saudaraku sekalian…
Orang-orang sholeh apda menagis ketika mereka mengingat akan hari pertanggungjawaban segala amal mereka, ketika buku amal di bukakan, termasuk pereima dengan tangan kanan atau kiri merekakah, mereka menangis karena mereka merasa tidak tahu tempat kembali mereka apakah mereka akan di tempatkan di syurga ataukan di tempat lainnya, tempat lai dari syurga jelas adaah neraka, karena sudah tidak ada tempat ketiga lagi apda hari itu.

Kita….?
Kita seharusnya lebih menangis dari pada mereka, karena kita belumlah mempersembahkan kebaikan seperti apa yang telah mereka lakukan, belum berinfaq seperti yang mereka sudah lakukan, oleh karena itulah maka tidak heran ketika seorang dari ktia sudah melaksanakan shalat beberapa raka’at kemudian dia mereka merasa bahwa sudah berhak untuk mendapatkan syurga firdaus yang paling tinggi, dan kendudukannya tidak lebih sedikit dari kedudukan:

النبيين و الصديقين و الشهداء و الصالحين و حسن أولئك رفيقا (النساء: 69)

Para orang shaleh menangis karena mereka belum merasa aman dari makar Allah, sedangkan Allah berfirman:

فلا يأمن مكرالله الا القوم الخسرون ( الأعرف: 99)
"Tidaklah merasa aman pada makar Allah kecuali orang-orang yang merugi"

Di surat Al-ma’arij 28 Allah juga berfirman:

ان عذاب ربهم غير مأمون

Sufyan ketika menjelang kematiannya ia menagis dan merasakan kecemasan, maka kemudian di kataka kepadanya:” wahai Abu Abdillah engkau harus selalu berharap, maka sesungguhnya ampunan Allah itu lebih besar dari dosa-dosamu, maka menjawablah sufyan:” apakah terhadap dosa-sodaku aku menangis? Seandainya aku tahu bahwasannya aku mati di atas kalimat tauhid maka aku tidak perdulikan ketika berjumpa dengan Allah dengan membawa dosa-dosa seperti laksana gunung-gunung!!!”
Ia menangis saudaraku merasa takut dari tidak mendapatkan keredaan Allah, bagaimana dengan dirimu? Apakah engkau sudah merasa lebih dekat kepada Allah dari pada Sufyan?

Para sahabat nabi senantiasa merasa takut dari rasa kemunafikan di dalam diri mereka, di antara mereka Umar -ra.-

Hudzaifah ra. Telah khusus mengetahui pengetahuan tentang orang-orang munafiq dan sebab-sebab kemunafikan, ia berkata:” sesungguhnya ketika pada pada hati sesaat yang berisi penuh dengan keimanan sehingga tidak ada kenifakan sedikitpun walau sebesar lubang jarumpun, kemudian dating sesaat kemudian ketika hati terisi penuh dengan kemunafkan sehingga tidak tersisa untuk keimanan walau hanya selubang jarumpun.”

Mereka sebagai generasi-generasi terbaik dari sahabat dan para tabi’in merasa taku jika mereka terkena fitnah dunia ini walau mereka sudah kuatmemijakkan kaki mereka dan kekuatan mereka dengan keimanan mereka, lalu bagaimana kita tidak merasa takut dengan diri kita, ketika ktia banyak melanggar hokum-hukum Allah?

Tahukah engkau bahwa adam as. Dan hawa di keuarkan dari syurga sebab berbuat satu kali maksiat saja? Lalu iblis juga di jauhkan dari Rahmat Allah karena berbuat satu kemaksiatan saja? Dan mendekatkan para malaikat kepadanya dengan tanpa perantara?
Dan bahwasannya hari kiamat akan berkata:” mereka di syurga aku tidak perdulikan, mereka di dalam neraka juga aku tidak perdulikan!!”

Takutlah kepada Allah untuk menjadikan waktumu penuh dengan kesia-siaan, hanya terisi ketiada gunaan seperti debu-debu yang beterbangan tertiup angin. Ketahuilah bahwasannya waktu itu adalah kehidupan, umur itu singkat dan pendek, hilang di antara penunda-penundaan dan pekerjaan. Maka sungguh bahagianya orang yang takut, seperti apa yang di katakana nabi saw dalam sebuah hadis di riwayatkan dari Tirmidzi ( 4/546) no. (2450) hadis ghorib yang di shahihkan Al-Bany:” dann abrang siapa yang merasa taku maka ia akan berjalan semalam suntuk atau di akhir malam, dan barnag siapa yang berjalan terus seperti ini maka akan sampailah ia ke rumah, ketahuilah bahwa sesungguhnya barang jualan Allah itu mahal, dan ketahuilah bahwasannya barnag jualan Allah itua dalah syurga…”

Saudaraku…
Berbanyaklah shalwat dan salam keapda orang yang Allah telah memerintahkannnya kepada kita untuk mengucapkan terhadapnya, firmannya yang artinya:
“sesungguhnya Allah dan para malaikatnya bershalawat atas nabi, wahai orang-orang yang beriman bershalawatlah atasnya dan bersalamlah kepadanya dengan perhormatan”(Al-Ahzab: 56).

Nabi saw telah bersabda:

من صلى علي صلاة صلى الله عليه بها غشرة ( مسلم)

” barang siapa yang bershalawat kepadaku satu kali, maka Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali”(HR. Muslim)

Wallahu a’lamu bi asshawaab.

Waktu dan Kehidupan 1

Oleh: Ibn Maqshudy


Firman Allah dalam Azzumar ayat 53-59, artinya:
“katakanlah:”hai hamba-hambaku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah . sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya dialah yang maha pengampun lagi maha penyayang” (Azzumar: 53)
“dan kembalilah kalian kepada tuhan kalian, dan berserah dirilah kepadanya sebelum datang azab kepadamukemudian kalian tidak dapat di tolong (lagi)”(Azzumar; 54)
“dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah di turunkan kepada kalian sebelum datang azab Tuhan kalian secara tiba-tiba, sedangkan kalian tidak menyadarinya,”(Azzumar:55)
“supaya jangan ada orang yang mengatakan:”amat besar penyesalanku terhadap kelalaianku dalam (menunaikan kewajiban)terhadap Allah, sedangkan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang memperolok-olokkan agama Allah,”(Azzumar:56)
“atau supaya jangan ada yang berkata:” kalau sekiranya Allah memberi petunjuk kepadaku niscaya aku menjadi di antara orang-orang yang bertaqwa:”(Azzumar: 57)
“atau supaya jangan ada yang berkata ketika ia melihat azab:” kalau sekiranya aku dapat kembali (ke dunia), niscaya aku akan termasuk orang-orang yang berbuat baik”(Azzumar: 58)
“(bukan demikian) sesungguhnya telah datang keterangan-keteranganku kepadamu lalu kamu mendustakannya dan kamu menyombongkan diri dan kamu itu termasuk orang-orang yang kafir.”(Azzumar: 59)


Kita telah mengucapkan salam perpisahan kepada tahun, bulan, hari, jam dan saat-saat kita yang telah lewat dan berlalu pergi dengan segala kenangan kita yang terbawa bersamanya, kini tahun dan saat yang baru yang baru telah datang menyambut kita. Telah kita meninggalkan setahun lewat dengan berbagai kebaikan dan keburukan yang kita perbuat, dengan segala suka dukanya, sungguh telah beruntung orang yang telah menghitung hari-harinya dengan keta’atan kepada Allah, sebaliknya sungguh telah merugi orang yang memang pantas untuk merugi sebab kemaksiatannya kepada Allah swt. Yang selalu menghiasi saat-saatnya, menyiakan sekian banyak waktu yang sebetulnya harus di gunakan sebaik mungkin mempersiapkan perbekalan sebanyaknya demi suksesnya sebuah perjalanan panjang menuju rumah akhirat.

Apabila kita telah melupakan kebaikan-kebaikan dan keburukkan yang telah kita lakukan tahun yang sudah kita lewatkan, maka sesungguhnya Tuhan kita, yaitu Allah swt sungguh ia tidak pernah lupa dan lalai terhadap segala laku kita selama di-dunia bagaimanapun besar dan kecilnya, firmannya:
ووضع الكتاب فترى المجرمين مشفقين مما فيه ويقولون يويلتنا مال هذا الكتاب لا يغادر صغيرة ولا كبيرة الا أحصيها. وجدوا ما عملوا حاضرا. ولا يظلم ربك أحدا (الكهف: 49)
“dan di letakanlah kitab, lalu engkau akan melihat orang-orang yang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata: ”aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan tuhanmu tidaklah menganiaya (menzalimi)seorangpun “ (Al-Kahfi: 49)).

Yang menjadi keharusan bagi setiap muslim adalah segera kembali melakukan perbuatan-perbuatan baik sebelum tiba saatsaat-saat baginya tidak ةampu melakukannya lagi, yaitu sebelum antara dia dan kebaikan-kebaikan itu terhalang oleh berbagai aral atau halangan, baik itu dengan sakit parah, kematian, kesibukkan yang berlarut, atau selain itu itu yang bisa menghalangi kita dari berbuat untuk akhirat kita. Dan yang lebih-lebih apabila kematian yang datang menjemput kita, maka tiada lagi yang dapat kita lakukan kecuali menyesal dan menyesal dengan sebuah penyesalan yang sudah tiada gunanya lagi.

يا ايها الذين آمنوا أنفقوا مما رزقنكم من قبل ان يأتى يوم لا بيع فيه ولا خلة ولا شفاعة و الكافرون هم الظالمون (البقرة: 254)

“Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi syafa'at. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim.”(Al-Baqarah: 254)

Sekarang…
Tahun baru telah datang menyambut kita, pagi baru menatap kita, lalu mereka semuanya berkata kepada kita para Hamba Allah:” Wahai para Hamba Allah gunakanlah kami dengan sebaik-baiknya di dalam hal-hal yang Tuhanmu redhai, karena sesungguhnya perlakuanmu terhadapku akan di pertanggungjawabkan olehmu kelak di hadapan Tuhanmu, yaitu di hari perhitungan.”

Jangan lalu kita malah menunggu diri dulu di timpa kemiskinan sehingga banyak melupakan kita dari mengingat Allah serta menyulitkan untuk beramal kebaikan, atau menjadi si-kaya yang kufur terhadap nikmat Tuhannya, atau menunggu sakit parah yang akan menghalangi sebuah ketaatan-pun, atau menunggu menjadi renta dulu yang sudah mulai pikun perilakunya, atau yang lebih memprihatinkan lagi adalah malah menunggu kematian sehingga tertutuplah semua pintu taubat dan penyesalan, atau menunggu kemunculan Dajjal dulu sehingga malah terseret menjadi di antara para pemujanya, atau barangkali menunggu kiamat dulu sehingga yang tertinggal adalah menunggu perhitungan siksa Tuhannya, jika pada saat seperti itu baru akan berbuat kebaikan sungguh sangat celakanya seorang Hamba yang sampai berbuat sedemikian itu!
Janganlah engkau sampai seperti itu Saudaraku…Saudariku…!
Ingatlah ketika Allah berfirman dalam Qur’annya, dan tadabbari serta renungkan-lah dengan baik-baik olehmu:

يوم يأتى بعض آيات ربك لا ينفع نفسا ايمانها لم تكن آمنت من قبل أو كسبت فى ايمانها خيرا ( الأنعام: 158)

“pada hari datangnya sebagian ayat dari Tuhanmu, tidaklah lagi bermanfaat iman seseorang kepada dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa imannya.”(Al-Aan’aam: 158)
Juga di riwayatkan di dalam bukhory (7/191) kitab arroqooq, dan muslim (1/137) no (157)

عن ابى هريرة عن النبى ص.م. قال: لا تقوم الساعة حتى تطلع الشمس من مغربها، فاذا طلعت ورآها الناس أجمعون فذلك حين لا ينفع نفسا ايمانها لم تكن آمنت من قبل أو كسبت فى ايمانها خيرا ( رواه البخارى و المسلم)

Dari Abu Hurairah bahwasannya nabi saw bersabda:” hari kiamat itu tidak terjadi sehingga matahari terbit dari barat, maka ketika ia telah tebrit dari abrat dan manusia semua telah melhatnya, maka itulah saat tidak bermanfaat lagi iman seseorang terhadap dirinya yang dimana ia tidak beriman sebelum itu atau ketika masa berimannya ia belum melakukan kabaikan”(HR.Bukhory dan Muslim).
Kemudian di shohih muslim (1/138) no(158)

عن االنبى ص.م. قال: ثلاث اذا خرجن لم ينفع نفسا ايمانها لم تكن آمنت من قبل أو كسبت فى ايمانها خيرا : طلوع الشمس من مغربها، و الدجال، و دابة الأرض (رواه مسلم)

Dari nabi saw. Ia telah bersabda:” ada tiga hal yang apabilah telah keluar/muncul maka iman seseorang tidak akan bermanfaat lagi pada seseorang yang dimana ia tidak beriman sebelum itu, atau belum melakukan kebaikan pada masa berimannya, tiga masa hal itu adalah: terbitnya matahari dari barat, Dajjal, dan Binatang bumi—yang dapat berbicara—“ (HR: Muslim”

Barang dagangan akhirat sudah tidak laku lagi, banyak sedikit sudah tidak bisa di belanjakan lagi. Ketika antara manusia dan amal sudah di pisahkan dengan dinding penghalang, maka tiada apa-apa yang tertinggal baginya kecuali hanya sebatas penyesalandan penyesalan, ia berharap bisa kembali kepada keadaan di mana dia masih dapat berbut kebaikan, akan tetapi harapan hanya tinggal harapan karenanya sudah tidak ada gunanya lagi.

Wahai manusia sekalian:
دقات قلب المرء قائلة له ان الحيوة دقائق و ثوان
فارفع لنفسك قبل موتك ذكرها فالذكر للانسان عمر ثان

Detak-detak hati seseorang berkata kepadanya, sesungguhnya kehidupan itu adalah hitungan menit-menit dan detik-detik.

Maka angkatlah untuk dirimu sebelum kematianmu pada mengingatnya, maka mengingat kematian untuk manusia adalah merupakan umur kedua.

Seorang dari Ulama kita, Bakar Al-Muzny pernah berkata: “tidaklah satu hari-pun yang Allah keluarkan ke dunia kecuali ia (hari itu) berkata: ”wahai Anak adam manfaatkan-lah aku, barangkali tidak ada hari lagi bagimu setelahku (hari ini), tidak ada sebuah malam-pun keucali ia akan berkata:”anak adam manfaatkanlah aku barangkali setelah-ku ini tidak ada malam lagi bagimu.” (Jaami’u al-‘uluum wa al-hikam halaman(336,337).

Pada hari kiamat Allah akan berseru, di dalam surat al-mu’minuun: 112-116)

قال كم لبثتم فى الأرض عدد سنين ()قالوا لبثنا يوما او بعض يوم فاسئل العادين()قال ان لبثتم الا قليللا لو انكم كنتم تعلمون (112-116)

“Allah berfirman: ” berapa tahunkah lamanya kalian tinggal di bumi?” (Al-Mu’minuun: 112)
“mereka menjawab:” kami tinggal (di bumi) sehari atau sebagian hari, maka tanyakanlah keapda orang-orang yang menghitung” (Al-Mu’minuun: 113)
“Allah berfirman:” kalian tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kalian sesungguhnya mengetahui”(Al-Mu’minuun: 114)

Kita memang harus mengetahui dengan sangat baik bahwa hidup di dunia itu hanyalah sebentar dan sangat singkat saja, sebab itu kita seharusnya janganlah hanya mencurahkan perhatian kepada urusan duniawi saja, akan tetapi haru melihat masa depan yang sebenarnya di akhirat yang menunggu kedaangan kita, jangan cuman menganggap hidup hanya berakhir dengan kematian dan di masukkannya kita ke-dalam liang kubur, akan tetapi harus mengetahui dengan baik juga bahwasannya kubur adalah pintu utama kita menuju kehidupan yang sebenarnya.
Dari beberapa ayat dar surat Al-Mu’minuun di atas, begini umur manusia sebenarnya di dunia, umur yang sangat singkat, dan ternyata umur yang singkat ini adalah harta pokok seorang hamba, apabila baik dalam menggunakannya maka kita akan termasuk di antara penghuni syurga Allah swt., akan tetapi apabila buruk dalam menggunakannya maka bersiaplah untuk menyambut neraka jahannam menjadi tempat kembali yang penuh dengan penderitaan.

Allah berfirman:

وهم يصطرخون فيها ربنا أخرجنا نعمل صالحا غير الذى كنا نعمل . أولم نعمركم ما يتذكر فيه من تذكر و جاءكم النذير فذوقوا فما للظالمين من نصير (فاطر : 37)

“ Dan mereka berteriak di dalam neraka itu : "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami niscaya kami akan mengerjakan amal yang saleh berlainan dengan yang telah kami kerjakan." Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun.”(Faathir: 37)

Bukankan telah di berikan kepada kita waktu dan umur beberapa lama, maka mengapakah masih di gunakan hanya untuk kelalaian dan senda gurau saja? Di dalam kesia-siaan serta hal-hal yang bertentangan dengan hukum Allah dan perintahnya. Bukankah kini kita sudah mengetahui apa gunanya umur kita yang beberapa saat ini? Yaitu untuk berpikir dan berbuat demi masa depan akhirat yang sebenarnya, apakah kita tidak bisa berbuat amal kebaikan seperti yang Allah maui di dunia ini sebagai jaminan masa depan kita di akhirat nanti? Sungguh-sungguh celaka apabila kita termasuk orang yang tidak mau berpikir, tidak mau tahu dan mengerti dengan segala ayat dan peringatan dari pencipta kita, dan yang lebih memprihatinkan apabila kita sampai menantang azab dan siksanya—mudahan kita tidak termasuk di sana--.
Sekarang, ketika semuanya sudah terlambat engkau baru menyesalinya dan berkata:

ربنا أخرجنا منها فان عدنا فانا ظالمون ( المؤمنون: 107)

“ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari dalamnya (dan kembalikanlah kami ke-dunia), maka jika kami kembali (juga dalam kekafiran), maka sesungguhnya kami adalah termasuk orang-orang yang zalim”(Al-Mu’minuun: 107)

فقالوا يليتنا نرد و لا نكذب بآيات ربنا و نكون من المؤمنين ( الأنعام: 27)

“Maka mereka berkata: "Kiranya kami dikembalikan (ke dunia) dan tidak mendustakan ayat-ayat Tuhan kami, serta menjadi orang-orang yang beriman", (tentulah kamu melihat suatu peristiwa yang mengharukan).”

فهل لنا من شفعاء فيشفعوا لنا أو نرد فنعمل غير الذى كنا نعمل (الأعراف: 53)

“maka apakah bagi kami terdapat penolong-penolong maka kemudian mereka dapat menolong kita atau kita di kembalikan (kedunia) maka kemudian kami dapat berbuat tidak seperti yang dulu kami telah kerjakan.”(Al-A’raf: 53)

Akan tetapi Allah maha mengetahui akan apa yang sudah terjadi dan akan terjadi, karena dia adalah dzat yang maha tahu. Lalu firmannya:

ولو ردوا لعادوا لما نهوا عنه و انهم لكاذبون (الأنعام: 28)

Wahai saudaraku…saudariku…
Sesungguhnya waktu itu merupakan di antara nikmat terbesar dari Allah untuk kta, maka apakah yang kita lakukan di waktu-waktu kita? Dengan apa saja kita sibukkan diri kita?

Apakah kita meyibukkan diri kita dengan ketaatan kepada Allah? Dan berjalan di bawah keredhaannya? Atau kita menyibukkannya dengan menyia-nyiakannya di dalam kelalaian, senda gurau saja, music-musik dan film-firlm bersambung? Dimana engkau menggunakannya?

Sesungguhnya nabi saw adalah orang yang paling menjaga dengan waktunya, hidupnya semuanya adalah untuk berdzikir kepada Allah, untuk ketataan kepadanya, sehingga di riwayatkan bahwasannya Abdullah ibn umar bahwa mereka menghitung Rasulullah dalam satu majlis saja membaca seratus kali:

رب اغفرلى و تب علي انك أنت التواب الرحيم (رواه ابو داود و الترمذى و ابن ماجه, و قال الترمذى : حسن صحيح غريب و صححه الحاكم فى المستدرك.)

“tuhanku, ampunilah aku dan terimalah taubatku sesungguhnya engkau adaah maha penerimah taubat lagi maha penyayang” (HR.Tirmidzi, Abu Dawud dan Ibn Majah, Tirmidzi berkata: Hadis hasan shohih yang Gharib, dan Al-Hakim menshahihkannya di daam Al-Mustadrak.”

وقال ص.م. : انه ليغان على قلبى، و انى لأستغفرالله وأتوب اليه فى اليوم أكثر من سبعين مرة (مسلم/4/2075 رقم 2702)

“…dan sesungguhnya aku nizcaya senantiasa meminta ampunan kepada Allah di dalam sehari lebih dari tujuh puluh kali” (HR: Muslim)

Di hadis lain dalam bukhory, tepatnya di mujallad 7 halaman 145, kitab adda’awaat:
“dari Abu Hurairah ra. Ia berkata: saya telah mendengar Rasulullah saw bersabda:” demi Allah sesungguhnya aku niscsaya meminta ampun kepada Allah dan bertaubat kepadanya di dalam sehari lebih banyak dari tujuh puluh kali”(HR. Bukhory).
Rasul saw. walaupun banyak di sibukkan dengan urusan ummat serta kaum muslimin, akan tetapi beliau tidak pernah terlupakan untuk senantiasa mengingat Allah dan tidak pernah bosan serta lalai untuk melakukannya. Waktu betul-betul nabi saw pergunakan dengan baik, padahal kita sudah tahu beliau adalah sosok yang sudah terampuni dosanya yang sudah lewat atau yang akan datang. Sampai pada suatu saat seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah mengenai hal itu, maka jawabnya: ” maka apakah saya tidak bisa menjad seorang Hamba yang bersykur….?!”

Allahu akbar…begitulah seorang qudwah kita, lalu apakah kita tidak bisa mengkutinya kalau kita mengaku cinta kepadanya? Menjaga waktu kita dan menggunakannya di dalam perkara-perkara yang mendekatkan diri kita kepada Tuhan pencipta kita, Allah swt.
Nabi bersabda:

نعمتان مغبون فيهما كثير من الناس الصحة و الفراغ (رواه البخارى)
“dua nikmat yang banyak manusia terkecok oleh keduanya; kesehatan dan waktu luang”(HR. Bukhory/7/170/kitab Arriqooq).

Banyak sekali orang yang tidak menggunakan masa muda dan saat masih kuatnya dengan baik-baik, dengan menyibukkannya di-dalam perbuatan-perbuatan yang bisa mendekatkan diri kepada Allah; seperti shalat, puasa, haji, jihad di jalan Allah, belajar ilmu syar’I, serta pekerjaan-pekerjaan mulya demi kemaslahatan kaum muslimin.Tidak menggunakanan waktu luang mereka untuk mengigat Allah dan berdakwah kepada jalan yang di redhainya, tidak memanfaatkannya untuk menebarkan bibit kebaikan mencegah terhadap kemungkaran.

Nabi saw jauh-jauh hari sudah meyuruh kita untuk bersegera dan berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan untuk mengisi umur hidup kita di dunia.
Dulu Arrabi’ bin khoitsam biasa menulis perkataannya dari jum’at ke jum’at, kemudian muhasabah dirinya pada sore setiap hari sabtu.

Tentu kita biasa dan sudah hafal dengan ayat ini:

فلا تعجل عليهم انما نعد لهم عدا ( مريم: 84)

“maka janganlah kamu tergesa-gesa memintakan siksa terhadap mereka, karena sesungguhnya Kami hanya menghitung datangnya (hari siksaan) untuk mereka dengan perhitungan yang teliti” (Maryam: 84)

Tadabburilah dengan baik saudaraku ayat di atas…!!!

Sadaraku sekalian yang tercinta…
Banyak sekali orang yang hidup dlah hari-harinya hanya dengan melakukan kesalahan bertumpuk-tumpuk saja seperti gunung atau bukit , bersamaan dengan itu mereka bersikap cuek saja tidak pernah memperhatikannya dengan menganggap seakan semuanya merupakan hal-hal sepele, mereka tidak bersegera menyesalinya, mereka hanya berleha danbersenang-senang saja, tertawa dan tidak pernah menangisi dosa yang telah mereka buat. Yach… barangkali mereka merasa akan hidup kekal selamanya di rumah dunia ini, seakan kematian menjauh dari mereka, atau barangkali karena dalam otak mereka hanya sebuah anggapan yang tertanam dengan kuat bahwasannya kematian adalah akhir dari segala kehidupan, dan seakan mereka merasa bahwa sama sekali tidak akan pernah di hadapkan ke-hadapan Allah untuk mempertanggungjawabkan semua umur mereka untuk apa saja telah di habiskan di dunia.

فى يوم كان مقداره ألف سنة مما تعدون ( السجدة: 5)

“dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu taun menurut perhitunganmu” (Assajadah: 5)

Tahukah kalian Sufyan Attsaury?, ketika di katakan kepadanya: ” duduk-duduklah bersama kami kita bincang-bincang…” maka jawabnya: ” bagaimana kita bisa ngobrol-ngobrol sedangkan waktu siang terus menjalankan aktivitasnya…!!!”

Maka sadaraku…saudariku…
Bersegeralah kembali kepada Allah dengan sebenar-benarnya jalan kebaikan yang engkau tempuh dalam Islam, sebelum datang masa tiada penyesalan lagi. Saat itu baik itu orang-orang yang baik dan orang-orang yag buruk akan sama-sama mengadu dan menyesali diri mereka sendri.

Orang-orang sholeh akan menangis karena mereka berharap seandainya mereka dulu telah lebih banyak berbekal debaikan dan ketaatan kepada Allah swt. Sedangkan orang-orang yang buruk maka ereka menyesali diri mereka karena mereka belum mermpersiapkan segala sesuatu untuk kehidupan akhirat, belum membuat perbekalan amal kebaikan sama sekali.

Lihatlah Nuh as. Ketika kematian akan mendatanginya, kemudian ia di Tanya:” wahai Nuh berapa lamakah engkau hidup?” maka beliau as. Menjawab:’ seribu tahun” kemudian mereka bertanya pula: “bagaimana engkau mendapati kehidupan itu?” maka jawabnya:” demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggamannya, aku tidak mendapatkan kehidupan melainkan hanya seperti sebuah rumah yang memiliki dua pintu, saya masuk dari salah satunya dan keluar dari puntu satu yang lainnya!!” itulah kehidupan dunia yang tidak lebih hanya sesaat saja. Nuh as dengan seribu tahun masa hidupnya merasakan betapa sedikitnya masanya di dunia, lalu bagaimana dengan kita yang hanya beberapa puluh tahun lamanya di dunia??!!

Wahai anak-anak enam puluhan atau tujuh puluhan, lalu apa yang engkau nanti-nantikan? Sungguh kalian tidak di-beri umur seperti nuh as. Atau bahkan tidak sampai mendekati umurnya; maka bagaimana bisa kalian menghabiskan umur kalian yang pendek ini hanya dalam kelalaian serta kemaksiatan saja, melanggar hukum-hukum Allah, serta dengan lancang dan beraninya melanggar larangan-larangannya.

استعدى يا نفس للموت و اسعى لنجاة فالحازم المستعد

“Wahai jiwa bersiaplah engkau untuk menghadapi sebauh kematian dan berusahalan untuk at karena hanya orang yang berkemauan kuatlah yang bersiap (menghadapinya)"

Ingatlah tentang Al-Junaid bin Muhammad bagaimana ketika tiba saat menjelang kematiannya, ia kemudian membaca qur’an sambil menangis, mereka lalu menanyainya:” engkau masih membaca qur’an sedangkan engkau sedang menunggu kematian…?” maka menjawablah junaid:” maha suci Allah, siapakah yang lebih membutuhkan dariku dari membaca Qur’an, sedangkan nafas-nafasku hanya tinggal seberapa..?!”

Lalu bagaimana dengan kita? apakah kita takut dengan kematian?

Dan ingatlah sungguh rasa takut itu tidak ada gunanya, karena yang terpenting bagi kita adalah bagaimana mempersiapkan diri membukanya dengan kebaikan demi masa depan akhirat yang baik pula. Sehingga ketika kita menghadapnya jiwa kitapun menjadi jiwa yang di redhai oleh sang pemiliknya.

Saudaraku…
Saudariku sekalian…
Ketauhilah bahwasannya seluruh kamaksiatan adalan bentuk pemberontakan kepada Allah swt., Maka kiranya satu pertanyaan yang perlu di jawab wahai para pelaku kemaksiatan: ”apakah engkau memiliki daya dan kekuatan untuk meberontak kepada Allah…?” Maka ketahuilah bahwa siapa saja yang bermaksiat kepada Allah sungguh ia sedang berusaha untuk memberontak kepadanya, ketika dosa itu lebih buruk akan tetapi bentuk pemberontakan keapda Allah itu lebih buruk lagi. Maka tidak heranlah kalau para pemakan riba, begal-begal jalanan kalau mereka di namakan para pembangkang Allah dan Rasulnya, karena besarnya kelaliman mereka terhadap hamba-hambanya, serta tingkah mereka dalam berbuat banyak kerusakan di muka bumi Allah ini.

Begitu pula dengan mereka yang memusuhi para kekasih Allah, dari para ulama, penuntut ilmu, orang-orang sholeh serta para da’I, maka mereka ia juga berarti membangkang terhadap Allah, dan menjadi di antara yang berhak untuk mendapatkan murkanya. Seperti apa firman Allah dalam hadis qudsi:
من عادى لى وليا فقد آذنته بالحرب (البخارى/كتاب الرقاق)
Maka wahai sesosok miskin dan lemah, apakah engkau sanggup dam memiliki kemampuan untuk memberontak kepada tuhan semesta Allah…? Apakah engkau berani untuk memilih menjadi musuh Allah swt…? Sungguh sekali-kali engkau tidak memiliki kemampuan apapun…!

Wahai orang-orang yang umurnya hilang dan terlewatkan dalam kelalaian dan kesiaan, wahai orang yang waktu-waktunya hilang di dalam senda gurau saja, wahai orang yang saat-saatnya hanya habis untuk ghibah dan namimah saja, wahai orang-orang yang suka mengganggu para wali Allah, ulama, para da’inya dan orang-orang shalih, sesungguhnya pintu taubat masih terbuka, sesungguhnya saat-saat untuk di terimanya masih ada, dan sesungguhnya Allah senantiasa terhampar tangannya di waktu malam supaya para pembuat dosa pada siang hari bertaubat, dan begitu juga sebaliknya membentangkan tangannya di siang hari untuk menerima taubat para pendosa di malam harinya sehingga sampai terbit matahari dari barat.

Kita bisa membaca surat Al-Imran: 135-136.

“ Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri[229], mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.”(Al-Imran: 135)
“ Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.”(AlImran: 136)

Wallau a’lamu bi asshawaab.