Mereka Yang Berguguran

Oleh: Hafidz el_Maqshudy


Ketika kita menyemai benih untuk tumbuh menjadi tanaman baru, seringkali tidak semua benih yang kita semaikan tumbuh dengan baik seperti yang di harapkan, bahkan banyak kalanya ada yang tidak tumbuh atau tumbuh dalam keadaan yang tidak sempurna. Bibit yang sudah tumbuh dengan baik sekalipun ada kalanya dalam perjalanan menuju tuanya rusak di tengah perjalanan, bahkan banyak juga buah yang sudah siap untuk di petik ternyata rusak terkena ulat atau hama tanaman sehingga tidak dapat di nikmati hasilnya.

Sekiranya memang hampir tidak ada bedanya antara manusia dengan tumbuhan dalam proses menuju kematangannya masing-masing, barangkali hanya sistemnya saja yang berbeda. Ketika kita di lahirkan dari rahim ibu kita masing-masing harapan yang muncul dari kedua orang tua kita adalah supaya anaknya nanti tumbuh menjadi manusia sukses dan berhasil, paling tidak melebihi keadaan mereka sendiri.

Ketika ketika kita tidak memelihara niat kita dengan baik, tidak menjaga semangat untuk sukses ketika awal kali meninggalkan pintu rumah kita, maka bibit-bibit itu benar-benar akan tumbuh mengering dan akhirnya mati, atau sekurangnya tumbuh menjadi pohon yang tidak menghasilkan buah baik. Hanya akan menjadi cerita buruk ketika waktu sudah terlewatkan tanpa bisa mengulangnya lagi. Sebuah kata mutiara yang sudah sangat sering sekali kita dengar:

”man jadda wa jadda”

Sekiranya cocok untuk selalu mengingatkan kita. Dengan senantiasa menjaga niat dan semangat ketika awal mengangkat kaki dari pintu rumah kita di Indonesia, kemudian harapan ketika awal kaki menginjakkan kaki di Negeri Kinanah ini, maka kita tidak-lah akan menjadi seperti mereka yang berguguran di tengan perjalanan.

Siapakah mereka yang berguguran itu?
Mereka adalah orang yang gagal menjaga dan memelihara pohon itu menjadi pohon yang baik, berakar kuat dan berbuah baik pula. Menghabiskan waktunya hanya untuk dalam kelalaian serta kesiaan, lupa pada saat-saatnya yang seharusnya ia terus berbuat dengan keras, menyiram pohon yang sudah tumbuh itu dengan ketekunan, senantiasa membersihkannya dari penyakit-penyakit yang menyerangnya sebelum menjadi parah dan sukar untuk di obati lagi, sebelum buahnya menjadi rusak dan tidak memiliki nilai yang berharga lagi.

Memang satu yang harus senantiasa di ingat dan di ucapkan pada diri kita masing-masing, yaitu:” saya harus menjadi sukses…”. Sebuah kalimat yang memerlukan usaha keras untuk perealisasiannya. Selalu menuntut untuk berprinsip seperti kata orang bijak si bawah ini:

” maa nadimtu ‘ala syaiin, nadamii ‘alaa ‘umri alladzi qod madho wa lam yazid ‘amalii”

Tiada hal yang patut di sesalkan, kecuali ketika umur kita terlewat-kan, sedangkan amal kita belum bertambah. Yach…agar kita tidak menjadi golongan mereka yang berguguran di tengan jalan itu.

Lalu apakah kiat untuk menjadi pohon yang memiliki akar kuat dan mempunyai buah yang baik dan bernilai tinggi?

Ada sebuah sya’ir arab yang barangkali sering kita dengar, yaitu:

“ laisa kullu maa yatamanna al-mar’u yudrikhu, tajrii arriyah bimaa laa tasytahii assufun”

Setiap yang di harapkan seseorang itu ia akanlah mendapatkannya, tapi harus di ingat bahwa angin tidak selalu bertiup mengikuti kearah mana perahu-perahu ingin berlayar. Semuanya memerlukan usaha keras, tidak bisa hanya dengan bersanta-santai saja, harus mengeluarkan keringat menggunakan tenaga yang di miliki supaya perahu yang kita kendalikan senantiasa menuju kearah yang kita tuju. Karena jika tidak, maka entah kemana pula perahu itu akan berpindah haluan dan tidak sampai tujuan yang di inginkannya. Dalam qur’an-pun Allah menitahkan:

”…waltandzur nafsun maa qoddamat lighod…” (Qur’an).

Setiap orang harus memperhatikan apa yang harus di persembahkannya untuk hari esok. Tentu bukan keggalan yang ingin di persembahkan bukan? Sudah pasti yang tertanyai dengan ini akan mengiyakan atau menganggukan kepala tanda setuju, ini kalau memang orang yang di tanya tersebut adalah orang yang masih mau menggunakan pikirannya dengan baik. Benar-benar menggunakan hati, mata dan pendengaran yang di milikinya sesuai dengan semestinya, sehingga gelar ”…qoumun laa ya’qiluun” tidak tersematkan kepada kita. Dan pada akhirnya buah yang kita hasilkan-pun betul-betul bekualitas dan bernilai tinggi.

Wallahu a’lamu bisshawab.

Balasan Kekufuran.

Oleh: Ibnu Maqshudy

Ketika kita masih lagi dapat menyaksikan segala ciptaan Allah di hadapan kita, ketika Allah masih memberikan kita kesempatan untuk bertaubat dari segala kesalahan dan dosa yang telah kita perbuat, ketika Allah masih memberikan kesempatan dan kesempatan kita untuk menjadi Hamba-Hambanya yang baik dan berhak mendapatkan jannahnya. Maka mengapakah masih begitu banyak dari kita yang ingkar akan segala nikmatnya ini? sengaja melalaikan diri dari melaksanakan keharusan sebagai Hamba Allah, hidup membuaikan diri dengan segala kepalsuan dunia. Sungguh kecelakaan bagi mereka itu kalau sampai Malikat maut datang menjenguknya sedangkan mereka belum sempat bertaubat. Jelas sudah, kalau dengan akhiran seperti ini hidup mereka, maka Neraka akan menjadi tempat mereka di campakkan di dalamnya, menjadi tempat kembali mereka dan kekal di-dalamnya.

Firman Allah dalam Al-Baqoroh yang artinya:

"dan orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat -ku, mereka adalah penghuni-penghuni neraka dan mereka kekal di dalamnya"

Makanya janganlah engkau menjadi di antara mereka yang suka mengingkari ayat-ayat Allah, ayat-ayat Rabb-mu.

Saudaraku....Saudiriku...itu kalau engkau tidak ingin Neraka menjadi tempat kembalimu. Kecuali kalau engkau merasa tahan dan bisa menerima pedihnya siksa Allah, dan sungguh sekali-kali engkau tidak akan tahan menerimanya. Bersegeralah bersesal diri atas segala dosa dan bertaubatlah sebelum datang saat di mana tiada berguna lagi yang namanya penyesalan, hadapkan wajah dan hatimu kepada Rabb-mu dan minta ampunlah, maka engkau akan terhindar dari siksanya.

Sedikit kalimat ini kiranya sebagai bahan Muhasabah bagi kita, sebagai peringatan bagi kita, sehingga kita dapat menjadi di antara Hamba-Hamba Allah yang terhindarkan dari siksanya yang pedih.

"ya Allah jauhkanlah kami dari siksa Neraka..."

wallahu a’lamu Bisshawaab

Untukmu Sang Mujahid

Oleh: Ibn Mqahusy

Dengan kesadaran yang bersumber dari dalam diri kita, mulai merangkak bangkit meraih sukses demi merraiha kembali sebuah kajayaan slam yang sedang terlepas dari genggaman kita beberapa saat lamanya. Mudah-mudahan niat ikhlas yang muncul dari dalam diri para Mujahid dakwah di balas Allah dengan kemenangan dan keredhaan darinya, karena hanya dengan demikianlah perjuangan yang di rintis tidak akan bernilai sia-sia dan percuma, hidup mulya atau mati syahid. Mungkin banyak yang menjadi penghalang dan onak yang menghalangi langkah kita ke-puncak kemajuan, akan tettapi jikalau mengingat akan apa yang akan Allah balaskan, sekana semua itu tidaklah akan terasa, perasaan sakit berubah menjadi kenikmatan karena mengingat perjuampaan dengan Rabb-nya, karena mengingat balasan yang akan di dapat dari Rabb-nya, yang ada di benak hanyalah kerinduan untuk segera bersua dengan kekasih sejatinya sesegera mungkin, yaitu Allah SWT. dia yang akan memberi balasan yang tiada seorangpun sanggup memberikan seperti apa yang kan ia karuniakan.

Wahai para mujahid dakwah bersemangatlah kalian dalam berjuang meninggikan kalimat Allah yang mulya, pintu syurga telah menantikan kedatangan kalian dengan lambaian kerinduannya, terus tanam dan semaikan di dalam diri kalian bibit-bibit keimanan, ketaqwaan, kebaikan dan keikhlasan, di akhirat nanti kita dapat memetik hasil-nya.

Wallahu a’lam.

Berhibur Yang Di-Bolehkan.

Oleh: Ibn Maqshudy

Islam telah mengharamkan berlebihan dalam segala sesuatu, sebagai firmannya ketika menjelaskan sifat orang-orang yang beriman:

Di Al-Furqon: 67

و الذين اذا أنفقوا لم يسرفوا و لم يقتروا و كان بين ذالك قواما ( الفرقان: 67)

Kemudian dalam al-isra ayat 29 kita juga bisa membacanya.

Islam telah mengharamkan berlebih-lebihan di dalam segala sesuatu, dan nabi dengan itu telah meletakkan kaidah syar’I dan timbangan yang adil di dalam mengatur segala mu’amalah manusia.

Beliau saw bersabda:

“ berilah setiap yang memiliki hak akan haknya”

Seperti seorang muslim yang di tuntut untuk bersungguh-sungguh dalam berbuat ketaatan kepada Allah dan di dalam melaksanakan ibadah kepadanya, walaupun seperti itu seorang muslim tidak di larang untuk beristirahat dan sedikit bersantai untuk menyegarkan keadaan dirinya, dengan hiburan yang di perbolehkan misalanya yang dapat meningkatkan semangatnya kembali. Perlu di ketahui bahwa para sahabat itu memiliki semangat dan kemauan yang besar di dalam beribadah; karena itulah nabi menyeru mereka juga untuk beristirahat dan tidak terlalu memaksa diri.

Bukankah sudah tersebut dalam sebuah riwayat shohih tentang tiga orang sahabat yang pergi kerumah istri-istri nabi dan bertanya tentang ibadah nabi saw, setelah mendengar mereka merasa sepertinya ibadah mereka sangat sedikit sekali, mereka sampai berkata: dimana kita di bandingkan dengan Rasulullah saw, ia telah di ampuni dosanya yang telah lewat; kemudian seorang mereka berkata: saya akan berpuasa dan tidak akan berbuka, yang kedua berkata: saya akan sholat terus dan tidak tidur, dan yang ketiga berkata pula: saya tidak akan menikahi wanita.

Ketika hal itu sampai ke telinga nabi saw, bersabdalah nabi saw:” adapaun saya: maka saya puasa dan berbuka, saya sholat dan tidur, saya menikahi wanita, maka barang siapa yang tidak suka mengikuti sunnahku maka ia tidak termasuk golonganku”.

Mendekatkan diri kepada Allah bukan dengan cara mengharamkan yang enak-enak, firmannya dalam al-a’raf: 32

Nabi saw ketika melihat ummulmu’miniin, zainab ra. Mengikatkan tali di antara dua tiang masjid; kemudian ia bertanya tentang hal itu, maka mereka menjawab: ia menggunakannya ketika ia melaksanakan sholat malam dan ketika merasa lelah maka ia bersandara kepadanya sehingga tidak jatuh, maka bersabdalah nabi:” hendaknya kalian melakukan amalan-amalan yang kalian menyanggupinya, maka demi Allah ia tidak akan pernah bosan sampai kalian sendiri bosan”

Yang seharusnya kita lakukan adalah senantiasa berkomitmen dengan amal yang kita sanggupi, karena sudah fitrahnya jiwa seseorang itu tidak merasa sabar, sikap pertengahanlah yang seharusnya di lakukan, tidak membebani diri berlebihan dengan hal-hal yang sebenarnya idak sanggup di pikulnya setelah usah melaksanakan perkara-perkara yang wajib. sikap melampaui batas ini tidak sesuai dengan sunnah saw, nabis sendiri ketika di beri pilihan antara dua pilihan maka beliau memilih yang paling mudahnya selama itu tidak menyebabkan doa.

Contoh permainan yang diperbolehkan:

Rasulullah saw apabila tertawa beliau hanya tersenyum, ia menyambung puasa sehingga sampai di katakana bahwa beliau tidak berbuka, beliau melaksanakan sholat malam sampai bengkak kakinya, bersamaan dengan itu pula beliau suka bergurau bersama para sahabatnya, misalnya:

1.Ketika beliau saw berjalan di belakang salah seorang sahabat maka kemudian beliau saw meletakkan kedua tapak tangannya di depan kedua mata sahabatnya itu dan berkata: ayo tebak siapa adanya saya?

2.Nabi saw pernah berlomba lari dengan aisyah.

3.Ketika seorang tua mendatanginya dan memintakan do’a supaya di masukkan syurga, maka berkatalah beliau pada wanita tua itu:” wahai ibu fulan, sesungguhnya syurga itu tidak bisa di masukki oleh orang yang sudah tua” mendengar itu menagislah wanita tua itu, kemudian nabi saw melanjutkan perkatannya:” sesungguhnya orang tua tidak memasukki syurga dalam keadaan tua, akan tetapi masuk dalam keadaan masih muda”

Syarat-syarat pemainan yang di perbolehkan:

1.Sarana permainan sesuai dengan syar’I dan di perbolehkan.

Syaranan hiburan tidak membawa kepadea perkara yang di haramkan, tidak membungkus perkara haram seolah sesuatu yang di perbolehkan, tidak melalaikan dari ketataan keapda Allah, tidak menghalangi sholat, tidak menyebabkan hilngnya harta benda, tidak membuat seorang muslim tidak mengabaikan kewajibannya terhadap keluarga; apabila terhindar dari semua ini maka menjadilah hiburan itu sesuatu yang di perbolehkan. Seperti di riwayatkan bahwasannya Aisyah ra. Melihat orang-orang habasyah yang bermain-main dengan lembing mereka, rasulullah pun membantunya untuk dapat melihat permainan mereka sampai Aisyah merasa bosan.

2.Tidak berlebihan dalam bergurau, sehingga tidak mematikan hati.

Sabda nabi saw:“takutlah kalian pada banyak ketawa, karena banyak ketawa itu mematikan hati”

Sebagaimana sabda beliau juga:“berikanlan setiap pemilik hak pada haknya”

Wallahu a’lamu bisshawaab,

Ucap Sang Da’i

Oleh: Ibn Maqshudy


Puji syukur atas Rabb semesta alam yang tiada sekutu baginya serta berdiri sendiri, dimana hanya kepadanyalah kita memohon dan meminta pertolongan; dikarenakan hanya dialah sang pemberi manfaat dan mudlorot di dalam kehidupan ini sampai kapan-pun juga .Dzat yang kekal dan abadi yang tiada awal dan akhir baginya dan Dia adalah Allah yang maha tinggi dan mulya .

Hanya kepadanyalah diriku mengharapkan keridloan dan segala petunjuk di dalam melangkahkan kaki pada setiap jengkalnya , dawaam al_huda dari Allah untuk kita semua adalah harapan yang paling tinggi Karena hanya dengannyalah segala sesuatu akan memunsulkan pada suatu hal yang indah dan di citakan oleh setiap makhlukknya.

يؤتى الحكمة من يشاء ومن يؤتى الحكمة فقد اوتي خيرا كثيرا ......البقزة: 269

"Dia{Allah}memberikan hikmah pada orang yang dia kehendaki dan barang siapa yang di berikan hiukmah oleh Allah maka sungguh ia telah di berikan sebuah kebaikkan yang sangat banyak....."

Itulah yang kita harapkan saudaraku....,sesuatu yang hakiki dan pasti, bukan hanya kamulfase belaka seperti yang banyak di banggakan manusia saat ini. Maka siapakah yang tidak mengiginkannya saudaraku...saudariku...??? .

Maka tiada lainlah mudahan Allah mengijinkan hambanya yang dloif ini untuk menyampaikan hikmah dan kebenaran darinya kepada manusia, yang merupakan ungkapan dari pada rasa tanggungjawab sebagai hamba Allah yang berkewajiban mengabdikan diri kepadanya dengan penuh keihklasan , dan akhirnya semuanya kita kembalikan kepada Allah jualah . Wassalam

Cinta Salah Arah

Oleh: Ibn Maqshudy

Cinta adalah anugrah terindah yang Allah swt anugrah-kan kepada kita semua, tanpanya hidup bagai sayur tak bergaram, seperti itu kira-kira akan kata-kata yang sering terdengar dari mulut kemulut . Memang ini bukanlah pendapat ataupun pandangan yang salah , di sinilah letak di mana sering orang salah mengartikan cinta sebenarnya; sehingga mereka bebas di dalam menjaninya menurut selera yang mereka maui tanpa mau ada aturan yang mengikatnya. Maka jadilah apa yang banyak terpampang di sekitar kita, suatu kenyataan sungguh sangat menyedihkan serta mengundang perasaan prihatin, segala sesuatu atas nama cinta (yang tidak terarah )mereka lakukan tanpa menghiraukan baik burknya, hala haramnya, yang penting happy dan suka sama suka. "WHY NOT..." selalu jawabnya ketika di tanya, hak pribadi selalulah hujjahnya, kebebasan, dan nggak tahu alasan apa lagi, barangkali mereka sudah merasa iri dengan binatang yang hidup tanpa aturan, hal ini tidak mereka rasai ternyata menempatkan mereka di sehina-hinanya derajat, lebih rendah dari binatang, sebab mereka berakal dan bernafsu; sedangkan bintang banyak Allah beri nafsu saja.

Banyak sekali akibat dari cinta salah arah ini, cinta salah tafsir ini, antaranya hal tersebut mengakibatkan munculnya banyak sesuatu yang tidak baik . Banyak contoh dari hal ini , bahkan kalau kita mahukan kejujuran sangatlah banyak sekali dan mungkin terlalu banyak untuk di hitung . Sedikit misalnya: Hamil di luar nikah, kejahatan mengugurkan kandungan, bunuh diri, menjadi rendahnya nilai moral, dan semisalnya.

Oleh karena itulah, perindah-lah cinta yang kita miliki dengan menganut konsep yang Allah sukai, sehingga cinta tidak salah jalan lagi dan membawa kepada malapetaka, akan tetapi cinta itu akan membawa kepada kebahagiaan yang sebenarnya.

Wallahu a'lamu bisshawaab.

Wkatu Bagi Seorang Muslim

Ibn Maqshudy

Muqaddimah

Kepada sang pencipta dan pemilik waktu senantiasa terucapkan rasa syukur atas nikmat terbesar yang di anuerahkan kepada kita ini. Shalawat dan salam juga atas tauladan kita, kekasih kita, Nabi Muhammad saw beserta seluruh keluarga, sahabat dan seluruh orang yang mengikutinya sampai hari kiamat. Wa ba’du…

Sesuatu yang sangat berharga yang di-miliki oleh setiap orang yang di-mana kebanyakan dari kita tidak menyadarinya, saking berharganya ia hingga tidak bisa di hargai dengan harta sebanyak apapun juga, karena ia memang tidak bisa di beli atau bahkan di hadiahkan dengan Cuma-cuma. Sesuatu yang bersifat abstrak alias tidak tampak oleh pandangan mata, akan tetapi nilainya begitu tampak dan kongkrit bagi siapa saja yang mau menyadarinya. Sesuatu yang tidak kelihatan belum bearti ia tidak ada, dan ia memang benar-benar ada dan di-rasakan oleh setiap orang, akan tetapi banyak sekali orang seakan tidak merasakannya dan bahkan kebanyakan dari mereka tidak menyadari kegunaan serta nilainya, maka tidak mengherankan kemudian mereka dengan ringan membuangnya dengan tak acuh, kerugian nyata yang jelas akan di dapatkannya seakan tidak pernah terpikirkan.

Lalu apakah sesuatu yang di-maksudkan itu?
Sesuatu yang lebih berharga dari emas dan permata?
Hal yang apabila sudah berlalu tidak dapat berbalik lagi?
Sesuatu yang membuat kerugian nyata bagi siapa saja yang membuangnya begitu saja?

Ia adalah waktu, masa, zaman atau umur, sebuah nikmat terbesar dari sang maha pencipta untuk para hamba-hambanya, menunjukkan betapa pentingnya waktu itu, Allah swt. sampai bersumpah dengan waktu ini berkali-kali dalam Al-Qur’an.
“demi masa, sesungguhnya manusia niscaya itu di dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman….”(Al-‘Asr)
“ demi waktu dhuha”(Addhuha)
“ demi malam… “(Allail)
“ demi waktu fajar”(Al-Fajr).

Waktu adalah harta paling berharga yang dimiliki seorang hamba, ia adalah sesuatu yang tidak dapat di jual belikan dengan harga termahal sekalipun, bahkan dengan seluruh isi dunia tetap ia tidak dapat di beli dan di-jual. Waktu juga tidak dapat di-pinjamkan atau si sumbangkan dan di-hibahkan kepada orang lain, ia adalah milik masing-masing yang memiliki jiwa, karena waktu bagi setiap mahluk yang Allah bebani akal dan nafsu adalah merupakah amanah dari-nya yang harus di jaga, amanah yang berupa nikmat yang sangat berharga ini akan di pertanggungjawabkan kelak di hadapannya, di hari ketika manusia di-kumpulkan di padang mahsyar.

Waktu tidak memiliki toleransi kepada siapapun juga, sekali ia berlalu dan pergi maka tiada lagi cara untuk mengembalikannya atau memutar ulang walau hanya sekali dan sesaat, hal ini adalah karena sesungguhnya waktu apabila sudah lewat maka tidak mungkin dapat kembali lagi, akhirnya yang tersisa hanya penyesalan yang sudah tiada gunanya lagi. Waktu adalah milik Allah swt, hendaknya pula sebagai hamba yang taat menggunakannnya dalam segala hal yang telah di tentukan pemiliknya. Menjalankan diri menurut fungsi sebenarnya manusia di ciptakan, untuk memakmurkan bumi Allah.

Di akhirat nanti penduduk syurga tidak akan menyesal sama sekali atas apa yang telah mereka dapatkan, kecuali penyesalan mereka atas sedikit waktu mereka yang telah hilang begitu saja ketika masih di dunia yang tidak mereka gunakan untuk mengingat Allah swt.

Saat-saat hidup di dunia yang hilang begitu saja, lalai dari mengingat Allah atau ber-shalawat kepada nabi Muhammad saw, hal seperti itulah yang kelak akan menjadi penyesalan manusia di hari kiamat nanti, penyesalan yang hanya bisa di tangisi tanpa bisa merubah apa yang di-sesalinya. Kiranya hanya orang masih menggunakan akal sehatnya saja dengan baik yang akan mengerti betapa begitu pentingnya waktu itu, dimana ia merupakan di antara nikmat terbesar dari Allah yang di anugerahkan untuk setiap hambanya di dunia.

Manusia semenjak di lahirkan sampai mati sebenarna sedang berada pada suatu perjalanan yang di namakan: “perjalanan zaman”, suatu hal yang telah Allah swt. berikan sifat-sifat khusus yang mengistimewakannya dari hal-hal lainnya. Seandainya saja seorang Muslim mengetahui betapa pentingnya waktu itu, niscaya ia akan memberi minum anaknya susu setiap hari supaya tumbuh dan berkembang dengan dengan baik, sebab ketidak tahuan akan pentingnya waktu itu adalah merupakan kerugian terbesar Ummat islam. Betapa waktu yang sebenarnya singkat ini, singkat dan lamanya hanyalah sekedar persepsi masing-masing dari kita saja karena yang sebenarnya kita hidup di-dunia ini tidak lebih dari sebagian hari saja.

Tertanda
Ibn Maqshudy





Keutamaan, Nilai Serta Ciri Khas Sang Waktu.

A. Keutamaan dan Nilai Sang Waktu

1.Waktu adalah nikmat tebesar dari Allah swt untuk manusia.
Waktu bagi orang-orang pintar dan cerdas adalah hal yang paling berharga di dalam kehidupan mereka, akan tetapi bagi orang-orang bodoh maka menjadi kebalikannya, adalah sesuatu yang paling murah dan tiada harganya sama sekali.

Waktu memang bukan barang seperti emas atau intan atau permata atau benda-benda berharga lainnya, tetapi ia adalah permata yang tidak bisa di-nilai dengan semua itu, karena saking berharganya ia sehingga tidak ada yang bisa dan sanggup untuk membelinya. Bukankah engkau pernah mendengar kisah dari hadis nabi tentang seorang laki-laki yang telah membunuh seratus orang, kemudian ia mendatangi seorang Alim dan bertanya apakah ia masih bisa bertaubat, maka orang Alim itu berkata kepadanya:”siapakah yang bisa menghalangimu dengan taubat?” kemudian ia menyuruhnya pergi ke-daerah tertentu yang ia tahu disana terdapat suatu kaum yang taat menyembah Allah swt. Tapi baru saja ia sampai di pertengahan jalan, nyawanya sudah dipanggil menghadap Penciptanya. Kemudian datanglah dua Malaikat, Malaikat rahmat dan Malaikat adzab, berdebatlah mereka berdua tentang pria tersebut dan masing-masing melihat bahwa orang itu bagian mereka. Malaikat rahmat berkata bahwasannya orang ini sudah bertaubat kepada Allah dengan hatinya, mendengar itu Malaikat adzab lalu berkata pula bahwasannya orang ini belum melakukan perbuatan baik sama sekali.
Lalu Allah swt mengutus seorang Malaikat-nya dalam bentuk manusia, dan berkata kepada dua malaikat yang sedang berdebat itu menengahi: ” coba kalian ukur saja jarak orang ini antara tempat dia berasal dan tempat yang sedang ia tuju, maka yang lebih dekat jaraknya itulah bagiannya.” Lalu di ukurlah jarak antara keduanya, dan ternyata lebih dekat ke-daerah yang sedang di tuju oleh Pria tersebut yang telah membunuh 100 orang, maka Malaikat rohmat-pun segera mengambilnya. ( ini di riwayatkan di hadis Bukhry &Muslim di shohihain).

Pria ini dalam waktu yang sesaat sekali ia menggunakan untuk bertaubat bertaubat, maka Allah-pun kemudian memasukkannya kedalam syurganya, padahal sama sekali belum sempat berbuat kebaikan sedikitpun, akan tetapi Allah mengampuni segala dosanya yang telah di perbuat di masa lalu, sebabnya hanya karena orang ini masih Allah beri kesempatan di penghujung umurnya untuk bertaubat.

Allah swt. berfirman dalam Al-Anfal ayat 38 yang artinya:

“katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu:”jika mereka berhenti (dari kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni mereka akan dosa-dosa mereka yang telah lalu; dan jika mereka kembali lagi, sesungguhnya akan berlaku (kepada mereka) sunnah (Allah terhadap)orang-orang terdahulu” (Al-Anfal:38)
Waktu yang sedikit ini telah bisa menghilangkan seluruh dosa besar dan maksiat yang telah begitu banyak di perbuatnya, hal ini menunjukan kepada kita semua betapa begitu mulyanya waktu yang sedikit itu, betapa penting dan berharganya ia.
Di antara yang bisa menjelaskan betapa begitu bernilainya waktu:

2.Menjelang kematian.
Saat yang paling penting juga yang menjelaskan betapa berharga dan pentingnya waktu adalah saat menjelang kematian seseorang, ketika seorang hamba berkata menyesali dirinya:
Di Azzumar ayat 56:

“(tatkala) diri (seseorang) berkata :” betapa menyesalnya aku atas segala apa yang telah aku lalaikan (dari melaksanakan) kewajiban terhadap Allah, sedang aku termasuk orang-orang yang memperolokkan(agama) ”(Azzumar: 56)

Berharap di waktunya yang tinggal sesaat itu akan bertambahnya ketaatan dan kebaikannya atau masih Allah berikan kesempatan untuk menjadi baik karena merasa selama itu umurnya selalu di habiskan dalam dosa dan kemaksiatan serta kesia-siaan belaka, akan tetapi berhati-hatilah dan selalu ingatlah oleh kalian dan kita semua, bahwa Allah swt sekali-kali tidak akan mengakhirkan nyawa seseorang ketika sudah tiba ajalnya dan juga tidak akan mendahulukan ajalnya ketika belum tiba waktunya. Seperti tersebut firman Allah swt. di AlMunafiqunn ayat 10:

“dan belanjakanlah sebagian dari apa-apa yang telah kami rizkikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salang seorang darimu; maka (ketika itu)ia berkata:” Tuhanku, mengapa engkau tidak menangguhkan/mengakhirkan (kematian ) ku sampai waktu yang dekat/sesaat, maka aku dapat bersedekah dan aku menjadi termasuk orang-orang yang shaleh”(Almunaafiquun: 10)

Orang-orang yang suka melalaikan diri dengan kenikmatan dunia dari ketaatan keapada Allah swt., mereka adalah orang-orang yang akan merugi dengan kerugian yang nyata di hari kiamat nanti, karena mereka telah mebuat rugi diri mereka dan juga keluarga mereka. Mereka senantiasa lalaikan diri ketika Allah swt. menyuruh mereka ber-infaq dari harta yang mereka miliki. Tapi sayangnya, karena setiap orang yang suka melampaui batas dan melalaikan diri biasanya baru menuyesali setiap perbuatan mereka saat menjelang maut, ketika ruh sudah di tenggorokkan, tatkala sudah tertutup bagi mereka segala pintu penyesalan. Seandainya ia di beri sedikit saja lagi kesempatan hidup dan waktu, niscaya ia akan berkesempatan untuk merubah dan memperbaiki diri, tapi saying, itu semua tidak mungkin lagi, karena yang tertinggal hanyalah penyesalan saja sayang sudah tiada gunanya lagi, Allah swt sudah tidak akan mengakhirkan ajalnya ketika sudah saatnya, hingga semua itulah yang telah ia persembahkan untuk akhiratnya, itulah semua hasil perbuatannya, semua penyesalannya yang sudah tidak berguna adalah akibat kelalaian dan perbuatannya sendiri yang melampaui batas.

Allah berfirman dalam surat Ibrahim ayat44 :

“dan beri peringatanlah keapda manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datnag azab terhadap mereka, maka berkatalah orang-orang yang dzalim:”ya Tuhan kami tangguhkanlah kami (kembalikan kami kedunia) walaupun hanya sebentar, niscaya kami akan memenuhi panggilanmu dan mengikuti para Rasul”. (kemudian di katakana kepada mereka):” bukankah kalian telah bersumpah dahulu (di dunia) bahwa sekali-kali kalian tidak akan binasa”(Ibrahim:44)

Kemudian dalam surat al-mu’minuun 99-100 Allah swt juga berfirman:
“(demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), sehinggaapabila datang kematian kepada salah seorang dari mereka, dia berkata:”ya tuhanku kembalikanlah aku (ke-dunia)”

“agar aku berbuat amal yang baik di dalam apa-apa yang telah aku tinggalkan. sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang di ucapkannya saja, sedang dari depan mereka terdapat dinding penghalang sampai mereka nanti di bangkitkan”(Almukminuun: 99-100)

Semuanya mengharapkan di berikan sedikit saat dari waktu untuk dapat berbuat kebaikan, tapi hal itu sudah tidak mungkin lagi karena semuanya sudah terlambat untuk memintanya.

Lihatlah dan perhatikan serta saksikanlah dengan baik, betapa begitu berguna dan pentingnya waktu kita ketika masih di beri kesempatan hidup ini, terutama ketika kita tidak menyiakan dan membuangnya dalam kesia-siaan dan hal-hal yang tiada berguna lainnya.

3.Saat keputusan memasukkan ahli neraka kedalamnya.
Ketika penduduk neraka di campakkan ke-dalamnya, mereka berteriak kepada Allah memohon:
Di AlMu'minuun 107:
“ya Tuhan kami keluaranlah kami dari dalamnya (neraka)(dan kembalikanlah kami kedunia), maka jika kami kembali (kembali lagi kepada kekafiran) maka sesungguhnya kami adalah orang-orang yang dzalim”(Almukminuun:107)

Yach, mereka mengharapkan keluar dari neraka untuk di beri kesempatan kembali lagi ke-dunia dan melakukan amal kebaikan. Itu mereka lakukan karena mereka ketika hidup di dunia tidak mengetahui betapa berharganya waktu mereka saat itu, sedang saat sudah terlambat bagi mereka, sudah tiada ada lagi yang namanya maaf dan penyesalan, padahal mereka cuman perlu sedikit waktu saja, tapi sayang sudah tidak bisa lagi.

4.Saat jum’at.

Perhatikanlah sabda Rasulullah saw berikut :
“sesungguhnya di hari jum’a terdapat satu jam, tidaklah seorang hamba muslim meminta kepada sesuatu Allah bertepatan dengan saat ini baik itu dari perkara dunia maupun akhirat melainkah Allah pasti meberikannya”

Engkau mendapatkan betapa berharganya waktu di dalam hadis tersebut, dan menurut menurut yang rajih-nya dari perkataan-perkataan ulama, waktu tersebut adalah satu jam akhir setelah asar pada hari jum’at, maka apakah setelah satu jam ini terlewat lalu ada orang yang bisa mengembalikannya lagi, tentu jawabannya tidak akan dapat kembali lagi, karena ia adalah waktu yang tidak dapat kembali atau di kembalikan ketika sudah terlewatkan dari kita, hal ini menjadi bukti pula betapa berharga dan pentingnya waktu itu.

Hasan Al-basri berkata:“aku menemukan kaum-kaum yang seorang di antara mereka sangat pelit terhadap umurnya dari pada terhadap dinarnya” itu ia lakukan karena umur ketika sudah lewat maka hilanglah ia dan tidak kembali serta tidak dapat pula diganti, beda dengan dirham kalau hilang pada suatu saat maka ada kemungkinan bisa kembali lagi.

Wazir ibn Hubairoh, syekh-nya Ibnu Jauzi pernah berkata seperti ini:
“dan waktu itu adalah hal yang paling saya perhatikan dengan menjaganya,
Dan saya melihat waktu itu adalah hal yang paling mudah hilangnya darimu”

Ketika sebuah hari terlewat begitu saja tanpa kita berbuat baik di dalamnya atau tanpa bertambahnya ilmu kita, maka itu sesungguhnya tidak terhitung umur kita.

B.Ciri Khas Sang Waktu.

1.Waktu yang telah lewat tidak akan kembali.

Rasulullah saw bersabda:
“dua nikmat yang dimana banyak orang terpedaya di-dalamnya, yaitu kesehatan dan waktu luang”

Orang yang menyiakan waktunya ketika ia dalam keadaan sehat wal afiat, kemudian setelah itu pada hari kiamat baru akan menyesali semua yang telah ia lakukan terhadap semua waktu yang di-milikinya di-dunia, ketika menyaksikan pahala orang-orang yang taat dan siksa orang-orang yang berbuat maksiat, maka ia pada hari ini adalah termasuk orang-orang yang telah terpedaya dengan dunia dan betul-betul menjadi di antara orang-orang yang merugi dengan kerugian yang tidak dapat di tebus kembali kecuali hanya dengan “siksaan Allah” di nerakanya..

Sehingga hari kiamat di namakan juga sebagai :” yaumu attaghoobun” hal itu karena banyaknya manusia-manusia yang terpedaya di dalamnya, sehingga penduduk syurgapun tidak terlepas darinya, yang di mana mereka tidak menyesali sesuatupun kecuali sesaat yang telah terlewatkan oleh mereka di dunia dengan keadaan tidak mengingat Allah di dalamnya. Majlis-majlis dunia yang tidak mengingatkan yang berada di-dalamnya kepada mengingat Allah sawt dan juga untuk selalu ber-shalawat atas Nabi saw. maka hal itu pasti akan menimbulkan penyesalan bagi pelakunya di hari kiamat.

Saudaraku…
Saudariku…
Maka perhatikanlah semua itu baik-baik, agar engkau tidak terpedaya dengan dunia dan tidak menjadi mereka-mereka yang baru menyesal di hari kiamat nanti. Ketahuilah akan betapa pentingnya waktumu saat hidup ini, gunakan ia degan baik-baik sebelum datang saat penyesalan sudah terlambat, jangan sekali-kali menghilangkannya di dalam kesia-siaan yang hanya akan berbuah penyesalan yang tiadak berguna lagi. Menyesallah engkau saat dimana hal itu masih berguna, sebelum nyawa berpisah dari jasadmu, pakailah semua waktumu yang masih tersisa untuk berbuat ketaatan kepada Allah dan Rasulnya.

2.Waktu yang telah hilang tidak bisa di-kembalikan.

Siapa saja yang menyibukkan diri hanya dengan penyesalan atas waktunya yang telah hilang dengan sia-sia, maka bisa berarti ia telah kehilangan pula waktunya yang pada saat itu pula karena hanya ia gunakan untuk menangis dan menyesali saja tanpa berbuat, yang seharusnya ia lakukan adalah mengisi waktunya saat itu juga dengan kebaikan dan tidak menyiakannya seperti waktu dan saatnyayang telah terlewat. Maka ia berusaha meningkatkan amalnya pada saat itu sekaligus untuk membayar waktunya yang terlewat dengn kesia-siaan, dan berusaha untun menambah kebaikan di waktunya yang masih ia jalani dan yang akan ia jalani dengan izin Allah sebelum masa penyesalan dating terlambat.

Waktunya yang telah hilang ia tidak mungkin dapat menemukannya kembali, kerena kewajibannya adalah pada waktu selanjutnya, bukan waktu dan saat-saat yang sudah tidak ada.

Abu Bakr ra. Berkata: “ sesungguhnya Allah mempunyai haq di waktu siang yang dimana dia tidak menerimanya di waktu malam, dan bagi Allah pula haq di malam hari yang dia tidak menerimanya di siang hari”

Dan Umar ra. berkata: “sesungguhnya aku sangat membenci ketika menemukan salah seorang di antara kamu bersikap masa bodoh, tidak di amalan dunia dan tidak pula di amalan akhirat”

Dan orang bodoh itu yang berkata seperti ini: saya membunuh waktu…” karena sebenarnya ialah yang telah melakukan bunuh diri dengan perlahan tanpa dia menyadari atau merasakannya.

Sungguh benar orang yang berkata:

Wahai orang yang telah di sibukkan dengan dunia
Yang telah di perdaya oleh panjang angan-angan
Kematian itu datangnya dengan tiba-tiba
Dan hanya kuburan-lah yang menjadi kotak amal.

Seorang sholeh berkata:” penyia-nyiaan waktu itu adalah di antara tanda-tanda kebencian” dan di antara tanda Allah memberikan seorang itu petunjuk adalah ketika seseorang dapat mengunakan waktunya dalam perkara yang bermanfaat sehingga ia mendapatkan dua kebaikan sekaligus, yaitu kebaikan dunia dan akhirat dari Allah swt, sedangkan di antara tanda-tanda kesesatan adalah ketika seseorang itu hanya mempersembahkan pekerjaan dan perbuatan yang tidak ada arti dan manfaatnya di dalam mengisi waktu yang di milikinya, untuk menghabiskan lama umur yang bersamanya.

3.Waktu itu cepat berlalunya.

Allah berfirman dalam Annaazi'aat ayat 44:
“pada waktu mereka melihat hari kebangkitan itu, seakan mereka tidak pernah tinggal (di-dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari” (Annaazi’aat:46)

Firman Allah swt. di Yunus ayat 45:

“dan (ingatlah) akan hari (yang diwaktu itu) Allah mengumpulkan mereka, (mereka merasa di hari itu) sekan-akan mereka tidak pernah berdiam (didunia) hanya sesaat di siang hari (diwaktu itu) mereka saling berkenalan.”

Dalam sebuat atsar di ceritakan bahwasannya malaikat maut mendatangi Nuh as. Dan berkata kepadanya:” wahai Nabi yang paling lama umurnya, bagaimana engkau mendapati dunia( bagaimana pandanganmu dengan dunia)?” lalu Nuh as. Menjawab:” saya mendapatinya seakan ia mepunyai dua pintu, saya memasukinya dari salah satunya dan keluar dari satu yang lain.”

Maka selama kematian masih menjadi penghabisan bagi orang yang hidup, maka bagaimanapun panjangnya umur seorang manusia sebenarnya tetaplah pendek, karena yang di namakan jauh itu adalah yang tidak dapat di datangi, adapun yang semua yang dating dan dapat di datangi itu namanya dekat.

Sungguh betapa cepatnya waktu lewat dab berlalu, hanya yang dpat menggunakan akalnya dengan baiklah yang dapat memahami betapa besarnya nikmat waktu ini, sebab itu ia berusaha bersungguh-sungguh mensyukurinya; karena setiap nafasnya itu di hitung dan di hisab. Nafas adalah sesuatu yang sangat berharga, dengannya seseorang hamba dapat membeli perbendaharaan yang tidak musnah selamanya, maka sungguh bagi siapa saja yang membuang dan menyiakan waktunya sesungguhnya ia ada setolol-tololnya orang karena tidak dapat menggunakan fikiran dan akalnya.

4.Waktu bersifat relatif.
Lama sebentarnya waktu itu hanya perasaan yang muncul dan timbul dari presepsi kita masing-masing, karena itu ia tergantung dari orang yang merasakannya, makin sadar ia akan karakteristik waktu yang di milikinya ia akan makin berusaha menggunakannya dengan sebaik mungkin tanpa menyiakannya sedikit-pun juga.

“yaitu pada hari ia memanggil kamu, lalu kamu mematuhinya sambil memujinya dan kamu mengira, bahwa kamu tidak berdiam di dalam kubur kecuali sebentar saja”( Al-Isra: 52)

“dan (ingatlah) akan hari (yang waktu itu) Allah mengumpulkan mereka, (mereka merasa hari itu) sakaan-akan mereka tak pernah berdiam (di dunia) hanya sesaat saja di siang hari, (di waktu itu) mereka akan saling berkenalan”( yunus: 45)

Di sebutkan dalam sebuah ayat bahwa manusia itu merasakan waktu secara berbeda, kadang manusia bisa merasakan periode yang pendek akan tetapi terasa panjang.

“Allah bertanya: “berapa tahun lamanyakah kamu tinggal di bumi?” mereka menjawab:”kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung” Allah berfirman:” kamu tidak tinggal di bumi melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui”(Al-Mukminun:112-114)

Di tempat berbeda waktu dapat mengalir secara berbeda.
“dan mereka meminta kepadamu agar adzab itu disegerakan, padahal Allah sekali-kali tidak akan menyalahi janjinya. Sesungguhnya sehari di sisi tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu. “(AL-Haj: 47)

“malaikat-malaikat dan jibril naik (menghadap)kepada tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun( Al-Ma’arif:4)

Ayat-ayat ini menjelaskan bahwa waktu itu bersifat relatif ( relativitas waktu), hal ini baru di pahami oleh para ilmuwan pada abad 20-an, sedangkan Qur’an sudah menjelaskan kepada ummat islam lebih dari 1400 tahun lalu. Ini sudah maklum karena memang kita adalah para pengusung risalah yang tiada keduanya ini, dan hal ini seharusnya semakin menjadikan kita bersemangat untuk mempergunakan kesempatan hidup ini dengan sebaik-baiknya demi untuk mendapatkan kehidupan yang sudah tidak ada batasan lagi bagi kita, sebuah kekekalan yang sebenarnya di sisi sang maha kuasa atas segala-galanya.

Lihat juga dalam Al-Kahfi: 11-12 dan 19.
“maka kami tutup telinga mereka beberapa tahun dalam gua itu. Kemudian kami bangunkan mereka, agar kami mengetahui manakah di antara kedua golongan itu yang lebih tepat dalam menghitung beberapa lama mereka tinggal (dalam goa”(Al-Kahfi:11-12).

Kemudian dalam Al-Kahfi ayat 19 Allah berfirman, yang artinya:
“dan demikianlah kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya antara mereka sendiri. Berkatalah seorang di antara mereka:”sudah berapa lamakah kalian berada (di sini)?” mereka menjawab:” kita berada (disini) sehari atau setengah hari.” Berkata (yang lainnya):” Tuhan kalian lebih mengetahui berapa lamanya kalian berada (disini), maka utuslah salah seorang kalian untuk pergi ke-kota dengan membawa uang perak kalian ini, dan hendaknya dia melihat makanan yang paling baik, maka kemudian hendaknya ia membawa makanan itu untuk kalian, dan hendaknya ia berlaku lemah lembut, dan jangan sekali-kali menceritakan halmu kepada seorangpun”

Kemudian di surat Al-Kahfi 25 Allah berfirman, artinya:
“dan mereka tinggal di-dalam gua mereka tiga ratus tahun dan di tambah Sembilan tahun (lagi)” (Al-Kahfi:25”

Dalam Al-Baqarah ayat 259 juga kita bisa membacanya.

5.Anak Adam adalah hari-hari.
Hasan Al-Bashri berkata, perkataannya yang sangat berharga sekali, sesosok pribadi yang ketika kecilnya menyusu dari Ummi Salamah ra. Ia berkata:

“wahai anak adam sesungguhnya engkau adalah hari-hari, saat pergi sehari berarti juga sebagian darimu telah pergi”

Artinya: Bahwa manusia sebenarnya bukan hanya terdiri dari badan yang sehat dan kuat saja, akan tetapi hakikat sebenarnya manusia adalah “waktu” atau “ masa” yang sedikit, bukan terhitung dengan tahun, akan tetapi dengan hari-hari. Jadi kita sebenarnya hanyalah sekumpulah sejumlah hari-hari, itulah bagian tubuh kita sebenarnya. Betapa begitu banyaknya dari kita yang tidak menyadari bahwa setiap hari anggota tubuhnya selalu hilang pergi meninggalkannya, sejumlah nikmat hari-hari selalu terkuras darinya tanpa terbendung lagi, akhirnya ia baru tersadar ketika semuanya sudah terlambat dan sudah tiada waktu miliknya lagi yang tersisa.

Allah berfirman:
“Allah bertanya:” berapa tahun lamanyakah engkau tinggal di-bumi?”
Mereka menjawab:”kami tinggal (di bumi sekitar ) sehari atau sebagian hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung”

Allah berfirman:”kalian tidak tinggal (di-bumi) kecuali sangat sebentar saja seandainya kalian mengetahui” (Almukmnuun:112-114)

Orang yang berakal tidak akan menghilangkan waktunya begitu saja, karena ia sadar dan tahu bahwa setiap saat dari waktunya yang telah pergi meninggalkannya tidak akan kembali lagi kepadanya sampai hari kiamat, sehingga tidak mengherankan kalau semisal mereka itu selalu berusaha berlomba dengan waktu di-dalam memperbanyak amal kebaikan sehingga ia tidak termasuk mereka-mereka yang merugi karena mambuang waktunya percuma.

Bersambung....